Gde Sumarjaya Linggih Dorong Danantara Jadi Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

Berita Golkar – Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Gde Sumarjaya Linggih mengapresiasi langkah-langkah transformasi Kementerian BUMN yang dinilai telah membawa perubahan signifikan dalam tata kelola perusahaan pelat merah.

Hal ini disampaikan dalam Rapat Kerja Komisi VI bersama Menteri BUMN, Wakil Menteri, serta jajaran Direksi Danantara, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.

Dalam forum tersebut, Demer sapaan akrabnya menyoroti keberadaan superholding Danantara sebagai langkah strategis yang mampu menyatukan berbagai entitas BUMN dalam satu kerangka keuangan yang lebih terkonsolidasi.

Menurutnya, model pengelolaan keuangan yang sebelumnya tersentral pada dua pintu yakni anggaran murni dan anggaran perubahan seringkali menimbulkan kehilangan peluang ekonomi karena tidak sinkronnya waktu eksekusi dan kebutuhan bisnis lapangan.

“Dulu kita sering mengalami lost opportunity karena birokrasi anggaran. Tapi dengan hadirnya Danantara sebagai superholding, ini menjadi solusi nyata terhadap fragmentasi struktural yang selama ini menghambat BUMN,” ujarnya, dikutip dari Tribunnews.

Politikus senior Partai Golkar itu menegaskan bahwa peran BUMN seharusnya bukan semata-mata sebagai penyetor dividen bagi negara, tetapi lebih penting sebagai agent of development yang memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

Ia juga menekankan bahwa keberhasilan pembangunan seharusnya tercermin dari meningkatnya penerimaan pajak akibat aktivitas ekonomi yang tumbuh, bukan dari dividen yang dipaksakan.

“Dividen itu bukan yang terpenting. Yang utama adalah bagaimana BUMN menjadi motor pembangunan. Kalau ekonomi tumbuh, pajaknya akan tinggi, dan di situlah kekuatan APBN kita,” kata Demer.

Lebih jauh, ia menyoroti peran strategis Satgas lintas sektor seperti Satgas Pangan dan Satgas Pertambangan yang dinilainya akan memperkuat ekosistem Danantara. Ia mengacu pada temuan terbaru terkait pengembalian 3 juta hektare lahan ke negara yang selama ini dikuasai secara ilegal, yang menurutnya dapat menjadi aset strategis Danantara dalam sektor agraria dan tambang.

Dalam kesempatan yang sama, Demer sekaligus ketua DPD Golkar Bali juga menyoroti pentingnya pemanfaatan keunggulan komparatif Indonesia, baik dari sisi sumber daya alam, sumber daya manusia, hingga iklim tropis yang memungkinkan siklus panen lebih intensif dibanding negara-negara subtropis.

“Kalau di Eropa anggur hanya bisa panen sekali setahun, kita bisa tiga kali. Tapi kelemahan kita hanya satu yakni belum maksimal dalam penggunaan teknologi dan knowledge,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa sektor perikanan dan perkapalan harus diarahkan pada kerja sama teknologi jangka panjang, bukan hanya impor alat.

Demer pun menyinggung perlunya evaluasi menyeluruh terhadap efisiensi dan kompetitifnya aset-aset BUMN, termasuk dalam hal tarif dan benchmarking internasional. Demer mencontohkan dugaan harga sewa data center milik BUMN yang mencapai tiga kali lipat dari swasta, sebagai indikasi perlunya koreksi kebijakan.

“Tolong benchmark kita diperkuat. Jangan sampai kita punya infrastruktur lengkap tapi kalah efisien dari swasta,” ujarnya Demer.

Menutup pernyataannya, ia menyampaikan keyakinannya terhadap masa depan BUMN, khususnya di bawah komando Menteri BUMN Erick Thohir dan CEO Danantara Rosan Roeslani. Demer menyebut bahwa keberanian dalam merampingkan anak-cucu perusahaan menjadi sinyal kuat reformasi yang akan terus berlanjut.

“Dengan keberanian yang ditunjukkan Pak Menteri selama ini, dan pemilu yang masih jauh, saya yakin keberanian itu akan makin besar ke depan,” pungkasnya.

Gde Sumarjaya Linggih menilai, apa yang telah dilakukan Kementerian BUMN melalui Danantara sejauh ini bahkan telah melampaui ekspektasi awalnya.

Menurutnya, perkembangan BUMN hari ini menunjukkan arah perubahan yang konstruktif dan menjanjikan bagi perekonomian nasional. {}