Berita Golkar – Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Rudy Mas’ud menyampaikan permintaan maaf terkait insiden asisten pribadinya (aspri) yang diduga telah melakukan intimidasi kepada jurnalis di Kota Samarinda.
“Pertama saya mengucapkan maaf karena hal itu di luar dari pada kontrol saya, karena itu spontan,” ujar Rudy Mas’ud di Kantor Gubernur, Rabu (23/7/2025), seperti dilansir Antara.
Gubernur Rudy menyayangkan insiden tersebut dan menegaskan bahwa tidak ada niat sedikit pun untuk membatasi kerja jurnalis. Rudy menekankan pentingnya menjaga hubungan baik antara pemerintah dan insan pers di Kaltim.
“Selama ini komunikasi kita dengan teman-teman pers terjalin baik. Tidak ada jarak, justru kemitraan ini yang membantu kita menyampaikan informasi positif kepada masyarakat luas,” lanjutnya.
Ia juga berkomitmen untuk menjamin kebebasan pers di Kalimantan Timur serta berharap agar kejadian serupa tidak terulang kembali. “Semoga ini jadi yang terakhir. Kita akan pererat lagi hubungan baik ini dan memastikan kebebasan pers tetap ditegakkan di Kaltim,” harap Rudy Mas’ud.
Berdasarkan informasi, dugaan terjadinya intimidasi kepada jurnalis tersebut terjadi dalam dua peristiwa. Kejadian pertama terjadi pada Sabtu malam, 19 Juli 2025, pada Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Kaltim.
Saat itu, sejumlah wartawan tengah mewawancarai Rudy Mas’ud usai terpilih kembali menjadi Ketua Golkar Kaltim, namun seorang ajudan pria berbadan tegap mendekati wartawan dan meminta mereka menghentikan wawancara dengan gestur intimidatif, bahkan sampai menyentuh fisik jurnalis tersebut.
Insiden kedua berlangsung pada Senin, 21 Juli 2025, ketika seorang perempuan diduga asisten pribadi menunjukkan sikap verbal yang mengintimidasi saat sesi doorstop berlangsung. Wartawan yang mengajukan pertanyaan kepada Rudy Mas’ud ditandai secara terang-terangan dengan kalimat bernada tinggi, “Mas ini dari kemarin kayak gini, kutandai mas yang ini,” sambil melotot.
Setelah sesi berakhir, wartawan tersebut kembali dihampiri oleh dua ajudan dan dimintai identitas, kejadian tersebut sempat viral di sejumlah media sosial lokal. Peristiwa tersebut, sempat memicu reaksi keras dari sejumlah organisasi kewartawanan diantaranya Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Samarinda dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim yang mengecam terjadinya intimidasi kepada wartawan saat melakukan peliputan berita. {}