Berita Golkar – Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah pernikahan di Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam satu dekade terakhir.
Pada tahun 2014, tercatat sebanyak 2,11 juta pernikahan, sementara pada tahun 2023 jumlah tersebut menurun menjadi 1,58 juta. Prediksi menunjukkan angka ini akan turun lebih jauh menjadi 1,48 juta pada tahun 2024.
Menanggapi tren penurunan jumlah pernikahan, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sekaligus Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Wihaji, menyatakan bahwa kementeriannya tidak mempersoalkan fenomena tersebut.
“Yang penting bagi kami bukan naik dan turun dari (angka) pernikahan, tapi bagaimana perencanaan keluarga,” ungkapnya saat menghadiri acara di GOR Samapta, Kota Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu (23/7/2025), dikutip dari Kompas.
Wihaji juga menyoroti fenomena pernikahan tanpa anak atau childfree, yang semakin banyak dipertimbangkan oleh perempuan di Indonesia.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022, lebih dari 71.000 perempuan di Indonesia mempertimbangkan untuk tidak memiliki anak. Ia menjelaskan bahwa rata-rata alasan di balik keputusan ini adalah kekhawatiran perempuan akan meninggalkan pekerjaan dan ketidakmampuan dalam mengasuh anak di tengah kesibukan kerja.
Meskipun demikian, Wihaji menegaskan bahwa keinginan untuk childfree belum menjadi keputusan yang mutlak. “Saya yakin tidak dikerjakan keinginan tersebut,” cetusnya.
Sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi oleh orang tua muda, kementeriannya meluncurkan program Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya). Program ini bertujuan untuk memberikan pendampingan kepada orang tua dengan menyediakan tempat pengasuhan anak di berbagai lokasi kerja, mulai dari perusahaan hingga kebun-kebun karet.
“Dari korporasi sampai di kebun-kebun karet,” bebernya. {}