Berita Golkar – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Pemerintah akan mengoptimalkan potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang ada di domestik untuk mendukung ketahanan energi. Meski demikian, Bahlil menegaskan akan berupaya memberikan harga energi yang terjangkau untuk masyarakat.
Diketahui, pemanfaatan optimalisasi EBT memerlukan teknologi yang tidak murah. Sehingga, harga jual energi atau listrik yang berasal dari EBT relatif lebih tinggi dibandingkan listrik dari energi fosil.
Awalnya Bahlil mengungkapkan, global tengah terjadi dinamika yang cukup kompleks. Pertama, maraknya konflik geopolitik di sejumlah kawasan yang menyebabkan setiap negara kini tentu mementingkan kebutuhan domestiknya. Dan kedua, dunia tengah berupaya mewujudkan atau emisi nol bersih (Net Zero Emission/ NZE).
Dalam kaitan tersebut, Bahlil mengungkapkan Indonesia tentu harus mewujudkan kemandirian energi. Salah satunya memanfaatkan potensi EBT, baik itu angin, panas bumi, surya, hingga nuklir.
“Kita sudah sepakat, kita akan menurunkan Net Zero Emission pada 2060 dengan melakukan transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan,” ungkap Bahlil dalam acara Energi Mineral Festival 2025 di Hutan Kota Plataran, Jakarta, (30/7/2025), dikutip dari Investor.
Bahlil melanjutkan, transisi energi fosil ke EBT tentu tidak dapat langsung diterapkan secara sepenuhnya, melainkan harus dilakukan secara bertahap. Mengingat, transisi energi menuju ‘hijau’ ini memerlukan teknologi yang mumpuni dan pendanaan yang besar.
Mengingat biaya produksi energi yang berasal dari EBT relatif mahal, Bahlil menegaskan pemerintah akan berupaya memberikan harga yang secara ekonomi terjangkau untuk masyarakat.
“(Transisi energi) harus kita menyesuaikan dengan kondisi keuangan negara. Kita butuh teknologi yang baik, tapi butuh harga yang terjangkau agar tidak boleh jadi beban bagi masyarakat, apalagi bagi pemerintahan,” tandasnya. {}