Berita Golkar – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat konsumsi listrik per kapita nasional mengalami pertumbuhan sebesar 2,62 persen per Juni 2025. Angka ini naik menjadi 1.448 kiloWatt-hour (kWh) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 1.411 kWh.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan realisasi tersebut telah mencapai 98,9 persen dari target konsumsi listrik per kapita tahun 2025 yang dipatok sebesar 1.464 kWh. “Ini menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi karena konsumsi mencerminkan aktivitas masyarakat dan industri,” kata Bahlil dalam saat konferensi pers di kantor Kementerian ESDM, Senin (11/8/2025).
Seiring dengan peningkatan konsumsi, Bahlil menuturkan kapasitas terpasang pembangkit listrik juga menunjukkan pertumbuhan. Hingga semester I 2025, kapasitas terpasang tercatat mencapai 105 gigawatt (GW), meningkat 4,4 GW dibandingkan akhir 2024.
“Selama satu semester ini ada tambahan kapasitas sebesar 4,4 GW atau setara 4.400 megawatt (MW). Ini merupakan bagian dari tren kenaikan yang konsisten setiap tahun sejak 2021, saat itu kapasitas masih di angka 74,5 GW,” kata Bahlil, dikutip dari Tempo.
Ia menambahkan, seluruh tambahan kapasitas tersebut telah masuk tahap operasi secara komersial atau Commercial Operation Date (COD). Pembangunan pembangkit baru bretujuan untuk mengimbangi pertumbuhan kebutuhan listrik nasional yang terus meningkat.
“Seluruh proyek pembangkit yang ditambahkan tahun ini sudah COD. Ini sejalan dengan kenaikan konsumsi yang terus terjadi dari tahun ke tahun,” ujarnya.
Bahlil meninlai hal-hal tersebut menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap listrik dan juga mendorong pembangunan ekonomi. Dari sektor minyak dan gas bumi, akumulasi produksi migas rata-rata mencapai 111,9 persen di atas target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Adapun produksi minyak pada bulan Juni 2025 mencapai 608,1 ribu barel per hari atau 100,5 persen dari target APBN 2025 sebesar 605 ribu barel per hari, dengan rata-rata produksi semester pertama mencapai 602,4 ribu barel per hari (99,5 persen dari target).
“Di bulan Juni, produksi kita itu sudah melampaui target APBN sebesar 605 ribu dan sekarang sudah 608 ribu. Insya Allah di dalam tahun 2025 ini target APBN bisa tercapai. Dan ini baru pertama ini sejak 2008,” ujar Bahlil.
Sementara itu, produksi gas bumi pada Juni 2025 mencapai 1.146,4 MBOEPD dan rata-rata produksi semester 1 sebesar 1.199,7 MBOEPD atau 119 persen dari target.
Adapun porsi pemanfaatan gas bumi sepanjang semester 1 adalah 5.598 BBTUD, dari jumlah tersebut bagian untuk kebutuhan domestik mencapai 69 persen atau 3.877 BBTUD. Hal ini menunjukkan prioritas penggunaan energi untuk mendukung pembangunan dalam negeri khususnya hilirisasi, sementara sebanyak 1.721 BBTUD atau 31 persen sisanya untuk ekspor.
Sedangkan untuk produksi batu bara, dari Januari hingga Juni 2025, mencapai 357,6 juta ton atau 48,34 persen dari target tahun 2025 sebesar 739,7 juta ton. Dari angka produksi, 104,6 juta ton diperuntukkan bagi penggunaan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO).
“Nah ke depan, atas apa yang diminta oleh DPR, kepada kami untuk melakukan revisi RKAB, dan ini kita akan lakukan, tanpa pandang bulu. Supaya menjaga stabilitas,” tuturnya. “Kalau kita harganya bagus, berarti negara akan mendapatkan pajak yang baik, pengusaha juga akan mendapatkan keuntungan yang baik. Nah, pengelolaan batu bara, sumber daya alam kita, jangan dimaknai bahwa hanya untuk 5 tahun, tapi nanti kita tinggalkan untuk anak cucu kita.”
Selain itu, Bahlil juga melaporkan pemanfaatan biodiesel domestik. Dari Januari hingga Juni 2025 pemanfaatan biodiesel sebesar 6,8 juta kL dari target 2025 sebesar 15,6 juta kilo liter (kl). Artinya ada manfaat ekonomi signifikan berupa penghematan devisa sebesar US$ 3,68 miliar atau Rp 60,37 triliun dari pengurangan impor diesel. Selain itu, terdapat peningkatan nilai tambah Crude Palm Oil (CPO) menjadi biodiesel sebesar Rp 9,51 triliun. {}