Berita Golkar – Anggota Komisi VI DPR RI Muhammad Sarmuji mendorong Perum Bulog agar memperkuat distribusi beras guna menjaga stabilitas harga komoditas pangan tersebut di pasaran sehingga dapat terjangkau seluruh lapisan masyarakat.
“Stok beras kita mencetak sejarah, tetapi ada kontradiksi ketika harga tetap naik. Stok yang melimpah itu tidak boleh hanya menjadi angka di gudang, melainkan harus segera digelontorkan ke pasar untuk menekan harga,” kata Sarmuji di Jakarta, Jumat (22/8/2025).
Menurutnya pemerintah bersama Bulog harus lebih agresif dalam memastikan distribusi beras dari gudang ke pasar berjalan cepat, tepat, dan merata.
Mekanisme operasi pasar perlu diperluas, terutama ke wilayah-wilayah dengan tren harga tinggi agar cadangan beras nasional benar-benar memberi dampak positif pada stabilitas harga.
Menurutnya, ketersediaan pangan dan keterjangkauan harga harus berjalan seiring, karena keduanya sama penting dalam memastikan masyarakat tidak hanya mendapat pasokan cukup tetapi juga mampu membelinya.
“Ketersediaan pangan adalah satu hal, keterjangkauan harga adalah hal lain. Keduanya harus berjalan seiring agar masyarakat terlindungi,” ujarnya, dikutip dari Antara.
Sebagai Anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi dan UKM, serta BUMN, Sarmuji mengingatkan agar momentum cadangan beras terbesar sepanjang sejarah tidak hanya menjadi catatan di laporan resmi, melainkan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh rakyat melalui stabilisasi harga.
Sarmuji menekankan percepatan distribusi menjadi kunci utama, karena Bulog sudah memiliki kapasitas dan instrumen memadai, tinggal dimaksimalkan agar manfaat stok beras besar segera dirasakan masyarakat.
“Kuncinya ada di percepatan distribusi. Jangan sampai rekor cadangan pangan ini hanya tercatat di laporan, tapi rakyat masih menjerit karena harga beras tinggi,” kata legislator itu.
Ia menyebut cadangan beras melimpah sebagai peluang emas pemerintah menunjukkan keseriusan menjaga stabilitas pangan serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap manajemen stok nasional.
Ia mengajak semua pihak memanfaatkan momentum ini secara optimal agar tidak tercipta ironi di masyarakat, di mana beras melimpah di gudang tetapi tetap mahal di pasar.
Merujuk data Perum Bulog, stok beras nasional Indonesia mencapai 4.251.259 ton, terdiri dari cadangan pemerintah sekitar 4.237.120 ton ditambah stok komersial sekitar 14.139 ton.
Angka itu merupakan capaian tertinggi dalam sejarah Bulog sejak didirikan pada tahun 1969, dan mencetak rekor cadangan pangan nasional.
Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas dilansir di Jakarta, Jumat pukul 15.50 WIB, harga beras di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium di harga Rp16.237 per kg naik dari sebelumnya Rp16.089 per kg.
Lalu, beras medium di harga Rp14.322 per kg naik tipis dari hari sebelumnya Rp14.320 per kg; beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp12.587 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp12.591 per kg. {}