Berita Golkar – Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Golkar, Firnando Ganinduto, menilai bahwa langkah Pertamina dalam menjaga ketahanan stok BBM nasional berjalan sejalan dengan kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dia menegaskan, sinergi tersebut tepat dilakukan dalam memastikan ketersediaan BBM, menjaga stabilitas harga, serta memperkuat kedaulatan energi nasional.
“Pertamina sudah melaporkan bahwa rata-rata stok BBM nasional saat ini mampu bertahan hingga 22 hari. Ini jauh lebih aman dibandingkan tahun 2023 yang hanya 17 hari. Angka ini menunjukkan bahwa pasokan BBM makin terkendali pasca-reformasi kebijakan impor,” tegas Firnando di Jakarta, dikutip dari keterangannya dari Viva, Jumat (19/9/2025).
Firnando menambahkan, skema impor BBM satu pintu dengan evaluasi per tiga bulan yang digagas Kementerian ESDM, membuat tata kelola impor lebih efisien. Kebijakan itu juga sekaligus menutup peluang penyalahgunaan izin impor.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor BBM Indonesia sepanjang Januari–Juli 2025 turun 6,8 persen dibanding periode yang sama tahun 2024, sementara konsumsi energi domestik naik 5,2 persen. Hal tersebut membuktikan bahwa kebijakan ESDM tidak menimbulkan kelangkaan, justru membuat impor lebih efisien tanpa mengganggu kebutuhan masyarakat.
“Kebijakan Pak Bahlil ini bukan hanya menjaga stok harian, tetapi juga bagian dari strategi jangka panjang. Dengan impor yang lebih terkontrol, pemerintah bisa mempercepat pembangunan kilang, memperluas program B35 (biodiesel 35 persen), dan mengurangi ketergantungan pada impor,” jelas Firnando.
Firnando mengungkapkan, kelangkaan yang sempat terjadi pada awal 2025 lebih disebabkan oleh transisi sistem izin impor lama ke sistem baru, bukan karena kebijakan ESDM. Setelah skema baru berjalan, kondisi pasokan dan distribusi BBM justru semakin membaik.
“Faktanya, pasokan lebih terjamin, harga stabil, dan tata kelola impor makin transparan. Golkar sepenuhnya mendukung langkah Pertamina dan Kementerian ESDM di bawah Pak Bahlil, karena jelas-jelas berada di jalur yang benar,” pungkas Firnando.
Dengan sinergi antara Pertamina dan ESDM, Firnando optimistis kebijakan impor BBM satu pintu akan menjadi fondasi penting bagi ketahanan energi nasional, sekaligus memperkuat kemandirian energi Indonesia di masa depan.
Lebih lanjut dia menegaskan bahwa pasokan BBM nasional berada dalam kondisi aman dan terkendali. Kelangkaan yang sempat terjadi di beberapa SPBU swasta di wilayah Jabotabek, seperti Shell dan BP, menurutnya lebih dipicu oleh peningkatan permintaan di brand tertentu karena faktor brand loyalty konsumen, bukan karena keterbatasan pasokan nasional.
“Jadi secara nasional, stok BBM aman. Hanya saja, di beberapa merek tertentu terjadi lonjakan permintaan yang tidak terduga karena loyalitas konsumen pada brand tersebut cukup tinggi,” jelas Firnando.
Ia menambahkan bahwa semua jenis BBM dengan kualitas serupa sebenarnya tersedia di SPBU Pertamina maupun SPBU swasta lainnya. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir terhadap ketersediaan pasokan.
Sebagai solusi, pemerintah memberikan kesempatan bagi SPBU swasta untuk membeli bahan bakar dasar atau base fuel dari Pertamina. Mekanisme ini membuat pasokan lebih fleksibel, distribusi lebih efisien, dan pemerintah tetap bisa mengendalikan impor agar stabilitas ekonomi nasional terjaga.
“Dengan akses base fuel, SPBU swasta tetap bisa menjaga kualitas produk sesuai ciri khas masing-masing, sementara pemerintah memastikan stok BBM di seluruh daerah tetap terjamin,” tutur Firnando. {}