Airlangga Hartarto Ungkap Roadmap Ekonomi RI Menuju Pertumbuhan 8 Persen

Berita Golkar – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sejumlah strategi kebijakan jangka menengah pemerintah, seperti peningkatan produktivitas menuju swasembada pangan, energi, air, transformasi digital, serta peningkatan investasi melalui Foreign Direct Investment (FDI) berorientasi ekspor dan investasi non-APBN, ialah untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun 2028-2029. Upaya ini juga ditopang dengan deregulasi perizinan serta sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter yang pro-growth.

“Pak Presiden ingin pertumbuhan kita 8 persen. Exactly, tidak ingin kita terus 5 persen. (Pertumbuhan ekonomi) 5 persen ya kita extraordinary karena di negara G20 kita top 2,” kata Airlangga dalam keterangannya, Jumat (19/9/2025), dikutip dari SinPo.

Airlangga menerangkani, dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi 5,2 persen  di tahun ini, pemerintah telah merumuskan Paket Ekonomi 2025 dan Penyerapan Tenaga Kerja yang terdiri dari 8 program akselerasi di 2025, 4 program yang dilanjutkan di 2026, dan 5 program andalan Pemerintah untuk penyerapan tenaga kerja.

Airlangga mencatat, pada kuartal II- 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap menunjukkan optimisme mencapai 5,12 persen. Inflasi terkendali di level 2,31 persen (yoy) pada Agustus 2025. PMI manufaktur di angka ekspansi 51,5 yang menandakan industri kembali optimis.

Kemudian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada dalam momentum penguatan dengan dampak gejolak sosial politik yang terbatas dan terkendali. Selain itu, neraca perdagangan mencatat surplus selama 63 bulan berturut-turut dan menjadi motor pertumbuhan, dengan capaian US$4,17 miliar pada Juli 2025. Konsumsi domestik juga tercatat masih kuat mendukung laju ekonomi nasional.

Dalam rangka meningkatkan ekspor, lanjut Airlangga, Indonesia terus memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan, di antaranya melalui kesepakatan penurunan tarif dagang AS (dari 32 ke 19 persen) untuk kerja sama di sektor strategis, penyelesaian kesepakatan IEU-CEPA, dimana Eropa membuka 98,61 persen pos tarif, akselerasi aksesi OECD untuk reformasi dan investasi, serta perluasan pasar ke Kanada, Meksiko, Inggris, dan Peru melalui kerja sama CPTPP.

Berdasarkan sejarah terkait perkembangan teknologi, selalu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Mulai dari era tekstil dan mesin uap yang menghasilkan pertumbuhan 0,5 persen, hingga kereta api dan baja yang mendorong pertumbuhan 1,9 persen, serta chemicals electricity industry 4.0 yang membawa pertumbuhan 2,5 persen.

Saat ini, dengan kemunculan Silicon Valley dan kecerdasan buatan (AI), potensi pertumbuhan ekonomi dunia bahkan diperkirakan dapat melampaui 20 persen.

“Tetapi ini yang kita kejar, Silicon Valley based. Silicon Valley based tidak akan terjadi kalau universitas tidak ikut, kalau ITB tidak ikut. Makanya saya bicara dengan Pak Presiden, kita dorong science, technology, engineering, mathematics,” tukas Airlangga. {}