Berita Golkar – Para Mantan Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) menegaskan pentingnya loyalitas, semangat juang, dan keteguhan ideologi bagi kader muda Partai Golkar.
Hal ini disampaikan dalam Diklat Kader Muda Nasional Partai Golkar Gelombang II yang berlangsung di Bogor, setelah sebelumnya para peserta menjalani tahap pertama kegiatan di Jakarta.
Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi lintas generasi kader AMPG, menghadirkan sejumlah tokoh yang pernah memimpin organisasi sayap muda Partai Golkar, di antaranya Fahd El Fouz Arafiq, Ilham Permana, dan Rambe Kamaruzzaman.
Ketua Umum AMPG periode 2016–2018, Fahd El Fouz Arafiq, menegaskan bahwa AMPG merupakan pasukan muda yang harus “siap tempur” menghadapi dinamika politik nasional. Ia menekankan pentingnya disiplin organisasi dan ketegasan dalam menjaga loyalitas kader, dikutip dari WartaEkonomi.
“AMPG harus satu komando, karena AMPG adalah pasukan ‘siap tempur’. Seorang ketua harus tegas terhadap kader yang tidak loyal terhadap organisasi,” ujar Fahd.
Ia juga mengingatkan agar kader muda Golkar tidak mudah goyah menghadapi tantangan politik dan selalu menghargai jasa para pendahulu. “Jangan pernah melupakan jasa orang yang telah membuka jalan dalam karier politik kita,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum AMPG periode 2018–2023, Ilham Permana, menuturkan bahwa AMPG telah menjadi wadah pembentukan kader muda yang berkompeten dan berintegritas.
“Golkar melalui AMPG memberikan kesempatan bagi saya untuk menjadi Anggota DPR RI 2024-2029. Saya memulai dari bawah, dari tingkat daerah hingga akhirnya dipercaya menjadi Ketua Umum AMPG,” ujar Ilham.
Ia menilai pengalaman di AMPG menjadi modal berharga dalam membangun karier politik di Golkar. “AMPG adalah kawah candradimuka bagi generasi muda Golkar. Setiap pengurus dan kader harus tegak lurus kepada Ketua Umum Partai Golkar,” tegasnya.
Ketua Umum AMPG pertama periode 2001–2004, Rambe Kamaruzzaman, mengingatkan para kader muda akan sejarah berdirinya organisasi ini. Ia menceritakan bahwa AMPG lahir pada masa genting, ketika Golkar hampir dibubarkan pada awal Era Reformasi.
“AMPG hadir saat Golkar nyaris dibubarkan, antara 1997–1998. Saat itu, sistem pemilu berubah, LPJ Presiden Habibie ditolak, dan tekanan politik begitu kuat. Maka kami membentuk AMPG sebagai sayap partai untuk memperkuat posisi Golkar,” jelas Rambe.
Ia menegaskan bahwa AMPG bukan organisasi massa, tetapi sayap partai yang terikat penuh pada kebijakan DPP Golkar. “Saya tegaskan, AMPG bukan ormas, melainkan sayap partai. Harus tunduk, patuh, dan siap melanjutkan kepemimpinan Partai Golkar dengan dedikasi tinggi,” kata Rambe.
Lebih lanjut, Rambe menambahkan tiga syarat utama agar Partai Golkar dapat terus bertahan dan relevan di kancah politik nasional.
“Golkar akan terus hidup jika memenuhi tiga syarat: memiliki ideologi yang jelas, berada dalam pemerintahan, dan memiliki organisasi sayap seperti AMPG,” ujarnya.
Para mantan Ketua Umum AMPG kompak memberikan pesan kepada para kader muda agar terus menjaga semangat juang, loyalitas, dan semangat gotong royong dalam membesarkan partai.
“Kader AMPG harus berani tampil, tapi juga harus rendah hati. Jadilah pelanjut sejarah, bukan hanya penonton perjalanan partai,” pesan Sekjend AMPG periode 2016-2018, Nursyam Halid. {}