Berita Golkar – Satu dari ratusan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Sukabumi, dilaporkan telah dinonaktifkan. Hal ini, dilakukan pasca dapur tersebut terjadi insiden keracunan massal di Kecamatan Palabuhanratu yang menimpa puluhan siswa SMK yang ada di wilayah tersebut.
Bupati Sukabumi, Asep Japar membenarkan penonaktifan itu dilakukan sebagai tindak lanjut atas kejadian yang menimpa puluhan siswa di SMK Doa Bangsa, Palabuhanratu.
“SPPG yang ada di Palabuhanratu sekarang ditutup dulu. Tapi sambil menunggu beberapa persyaratan yang harus diikuti. Ini untuk memastikan semua dapur SPPG benar-benar memenuhi standar kebersihan,” kata Asep Japar kepada Jurnalis Radar, pada Minggu (5/10/2025), dikutip dari RadarJabar.
Menurut Asjap, aspek kebersihan dan sanitasi dapur menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan MBG. Ia menegaskan, setiap SPPG wajib mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sebagai syarat mutlak agar bisa kembali beroperasi.
“SLHS-nya harus dipenuhi. Mudah-mudahan bisa secepatnya. Saya ingin semua dapur MBG di Sukabumi benar-benar higienis dan aman untuk anak-anak kita,” tegasnya.
Lebih lanjut, Asjap menjelaskan bahwa kebijakan penutupan SPPG bukan keputusan sepihak pemerintah daerah, melainkan instruksi langsung dari Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai pelaksana utama program MBG secara nasional.
“Kebijakan penutupan itu dari pusat. Jadi kami di daerah mengikuti saja instruksi yang diberikan, sambil melakukan pembenahan di lapangan,” tambahnya.
Langkah evaluasi ini diambil menyusul insiden keracunan makanan MBG pada Rabu (24/9/2025) yang menimpa 32 siswa SMK Doa Bangsa. Mereka mengalami gejala mual, muntah, dan pusing setelah menyantap menu MBG. Tujuh di antaranya sempat dirawat di RSUD Palabuhanratu.
Peristiwa di Palabuhanratu bukan kasus tunggal. Data BGN mencatat, sebanyak 56 SPPG di berbagai daerah di Indonesia telah dinonaktifkan sementara waktu akibat dugaan pelanggaran standar kebersihan atau kasus serupa, dan salah salah satunya SPPG di Kecamatan Palahabunratu, Kabupaten Sukabumi.
Pemerintah daerah kini dihadapkan pada tantangan untuk memulihkan kepercayaan publik, terutama para orang tua dan pihak sekolah. Program MBG yang semula disambut antusias karena dinilai membantu pemenuhan gizi anak sekolah, kini harus membuktikan komitmen dalam keamanan pangan dan standar higienitas.
Meski terjadi insiden, Asjap menegaskan, bahwa Pemkab Sukabumi tetap mendukung penuh program MBG karena dinilai membawa manfaat besar bagi peningkatan gizi anak-anak sekolah. Namun, menurutnya, keberlanjutan program harus sejalan dengan pengawasan ketat dan kepatuhan terhadap prosedur sanitasi.
“Kita dukung penuh program MBG karena ini penting untuk generasi kita. Tapi saya ingin setiap dapur SPPG betul-betul layak, bersih, dan aman. Jangan sampai kejadian seperti di Palabuhanratu terulang,” tandasnya.
Dengan langkah tegas dan evaluasi menyeluruh ini, pemerintah daerah berharap seluruh SPPG di Kabupaten Sukabumi dapat kembali beroperasi dengan standar yang lebih baik.
“Program MBG diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi peserta didik, tetapi juga menjamin keamanan pangan yang berkualitas dan terpercaya,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Agus Sanusi menegaskan, bahwa pentingnya pelatihan keamanan pangan bagi penjamah makanan MBG, agar setiap proses penyajian, mulai dari bahan baku hingga distribusi, sesuai standar kesehatan dan halal.
“Iya, kesehatan masyarakat itu berawal dari kualitas pangan yang dikonsumsi. Jika makanan yang disajikan tidak memenuhi standar keamanan, dampaknya bisa serius, mulai dari kasus keracunan hingga masalah kesehatan jangka panjang. Untuk itu, seluruh SPPG ini harus memiliki SLHS,” jelasnya.
Dapur MBG memiliki peran penting dalam mendukung program prioritas nasional yang diturunkan ke daerah. Setiap hari, dapur-dapur MBG melayani ribuan penerima manfaat, terutama kelompok rentan seperti anak usia sekolah, ibu hamil, dan menyusui.
Dengan skala penerima manfaat yang besar, potensi risiko pun meningkat. Oleh karena itu, Dinkes Kabupaten Sukabumi menekankan pentingnya edukasi keamanan pangan, sanitasi dapur, kebersihan peralatan, dan standar penjamah makanan.
“Kalau dapurnya sehat, prosesnya higienis, dan tenaga penjamahnya terlatih, maka risiko keracunan bisa ditekan sekecil mungkin,” pungkasnya. {}