DPP  

Idrus Marham: Prabowo Pemimpin Ideologis Yang Kedepankan Nasionalisme, Keberanian Intelektual dan Kecepatan Eksekusi

Berita GolkarWakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Idrus Marham, menilai kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dalam satu tahun terakhir menunjukkan karakter kuat sebagai pemimpin ideologis yang mengedepankan nasionalisme, keberanian intelektual, dan kecepatan eksekusi kebijakan. Penilaian tersebut ia sampaikan dalam acara Pengajian Ideologi Kebangsaan (PIK4) Volume 8 dan peluncuran tiga buku terbarunya di Kantor DPP Partai Golkar, Kamis (16/10).

Idrus mengatakan, peluncuran tiga buku ini bertepatan dengan momentum refleksi satu tahun pemerintahan Prabowo, yang menurutnya patut dibaca sebagai periode penguatan arah ideologis bangsa.

“Kalau kita ingin membaca kepemimpinan Prabowo, setidaknya ada enam ciri yang menonjol. Pertama, beliau memulai kepemimpinannya dengan pendekatan ideologis. Dalam pidato awalnya, Prabowo mengajak seluruh bangsa untuk kembali merawat Indonesia berdasarkan falsafah Pancasila,” ujarnya.

Ciri kedua, lanjut Idrus, adalah pendekatan intelektual. “Prabowo memimpin dengan dialektika, dengan argumentasi, bukan sekadar instruksi. Ia membuka ruang berpikir dan membangun rasionalitas kebijakan,” tuturnya.

Ciri ketiga, kepemimpinan Prabowo menampilkan pendekatan sosiologis, membaca realitas sosial dengan empati dan respons kebijakan yang konkret. “Fakta di lapangan menunjukkan orientasi beliau selalu berpihak pada rakyat kecil,” katanya.

Ciri keempat dan kelima, menurut Idrus, adalah ketepatan serta kecepatan eksekusi kebijakan pembangunan, serta orientasi yang jelas pada kesejahteraan rakyat. “Dan yang keenam, beliau menempatkan ideologi sebagai fondasi dalam setiap kebijakan strategis negara,” tegasnya.

Dalam konteks itu, Idrus menilai bahwa refleksi ideologis yang dibangun melalui pengajian dan peluncuran buku ini selaras dengan arah kepemimpinan nasional. “Prabowo dan Golkar memiliki kesamaan napas ideologis: sama-sama berpijak pada Pancasila dan semangat solidaritas kebangsaan,” ujarnya.

Lebih jauh, Idrus menjelaskan isi tiga bukunya yang saling terkait. Nomadologi: Aktor-aktor Politik Tanpa Ideologi adalah kritik terhadap perilaku politik tanpa arah nilai; Magnet Politik Partai Golkar menelusuri mengapa Golkar sejak awal berdiri menjadi wadah pembaruan politik yang menolak konflik ideologis ekstrem; sementara Pancasila: Ideologi Partai Golkar menegaskan bahwa Pancasila bukan sekadar slogan, tapi pedoman praksis dalam seluruh dimensi politik nasional.

“Golkar lahir karena kegelisahan bangsa terhadap ideologi yang hendak menggantikan Pancasila. Maka Golkar harus berdiri di garis depan menjaga dan menghidupi ideologi itu. Buku-buku ini saya tulis bukan sekadar refleksi akademik, tapi juga panggilan moral politik,” jelas Idrus.

Menurutnya, peluncuran tiga buku ini bukan sekadar acara simbolik, tetapi bagian dari kerja intelektual Partai Golkar dalam membangun politik berbasis nilai. “Kita ingin mengembalikan kesadaran bahwa politik tanpa ideologi adalah politik tanpa arah. Karena itu, Golkar harus menjadi ruang pendidikan politik yang mencerdaskan,” katanya.

Idrus juga mengingatkan bahwa perjalanan ideologis bangsa tidak boleh berhenti pada retorika. “Pancasila bukan untuk dihafal, tapi untuk dihidupi. Dan Golkar, sebagai partai ideologi, harus menjadi penjaga nilai kebangsaan itu,” pungkasnya.

Leave a Reply