Berita Golkar – Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) DPP Partai Golkar, Yuddy Chrisnandi, memberikan apresiasi mendalam atas peluncuran buku terbaru karya Ketua Umum Korps Perempuan MDI, Marlinda Irwanti Poernomo, yang berjudul “Mengupas Strategi Komunikasi Politik di Era Digital”.
Dalam peluncuran buku yang dihadiri sejumlah tokoh Partai Golkar, akademisi, dan pegiat komunikasi politik itu, Menteri PAN RB era Jokowi ini menilai karya Marlinda bukan hanya sebagai hasil intelektual yang bermutu tinggi, tetapi juga sebagai panduan strategis bagi kader Golkar dalam menghadapi pertarungan politik menuju Pemilu 2029.
“Saya sebelumnya mengucapkan selamat sekaligus apresiasi yang sangat tinggi atas peluncuran buku ini. Buku setebal 370 halaman tentu tidak mudah menyusunnya. Kami merasakan betul, menulis pengalaman pribadi saja sulit, apalagi menyusun buku yang memadukan konsep, teori, hingga aplikasi dari sebuah disiplin ilmu. Itu memerlukan proses edukasi dan ketekunan panjang,” ujar Yuddy.
Eks Duta Besar RI untuk Ukraina ini menilai bahwa kemampuan untuk menyajikan karya ilmiah seperti ini merupakan bentuk ketulusan dan dedikasi penulis terhadap upaya memperkuat kualitas komunikasi politik kader Golkar di era yang serba digital. Menurutnya, tidak semua orang dengan latar akademik tinggi mampu menulis buku dalam kerangka akademik yang sistematis dan aplikatif seperti Marlinda.
“Saya membaca seluruh bagian dari buku ini yang terdiri dari 20 bab. Buku ini memberikan landasan teori komunikasi yang kuat dan lebih spesifik mengambil ikon komunikasi politik. Ini sangat relevan dengan posisi kita sebagai kader partai politik,” jelasnya.
Guru Besar Universitas Nasional ini meyakini bahwa buku ini menjadi bacaan wajib bagi dua kelompok penting di tubuh Partai Golkar yakni para calon legislatif (Caleg) dan para juru kampanye. Menurutnya, dalam politik, kemampuan komunikasi adalah senjata utama yang menentukan apakah pesan politik bisa diterima publik dan diubah menjadi dukungan nyata.
“Tanpa kemampuan komunikasi, seorang caleg tidak akan mampu menyampaikan pesan-pesannya dan menarik simpati publik. Sedangkan bagi para juru kampanye, buku ini memberikan panduan lengkap tentang bagaimana berbicara yang baik, membangun empati, dan mengatasi dinamika sosial yang muncul dalam proses kampanye,” tambahnya.
Lebih jauh, Prof. Yuddy menyoroti tiga bab yang menurutnya memiliki nilai praktis dan relevansi tinggi bagi kader Golkar, yaitu Bab 7, Bab 10, dan Bab 14. Bab 14 membahas tentang tuntunan menjadi komunikator profesional, sebuah aspek yang menurutnya mutlak dimiliki oleh setiap kader partai, terutama mereka yang berada di garis depan komunikasi publik.
“Bab ini sangat menarik karena membekali kader untuk tampil profesional dalam berbicara dan menyampaikan pesan politik. Ini bukan hanya soal retorika, tetapi juga soal ketepatan sikap, kejelasan pesan, dan konsistensi dalam membangun citra partai,” jelas mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi itu.
Sementara Bab 10 menyoroti manajemen citra dan reputasi partai politik. Prof. Yuddy menilai pembahasan ini penting karena sering kali partai hanya fokus membangun citra, namun melupakan pentingnya reputasi sebagai fondasi kepercayaan publik.
“Citra itu sesuatu yang bisa dipoles, tapi reputasi adalah sesuatu yang dibangun dari hasil kerja nyata dan konsistensi. Citra bisa memudar, tapi reputasi akan menetap dan dirasakan publik. Reputasi yang kuat justru akan membentuk citra yang kita harapkan,” ungkapnya.
Adapun Bab 7, disebutnya sebagai bagian paling menarik dari buku ini karena mengulas secara teoritis bagaimana komunikasi politik bisa menjadi solusi dalam menghadapi krisis politik di masa-masa kritis. Menurut Prof. Yuddy, pemahaman seperti ini jarang ditemukan dalam literatur komunikasi politik di Indonesia, dan memiliki nilai strategis besar untuk diterapkan dalam situasi politik praktis.
“Bab ini tidak saya temukan di buku lain. Analisisnya mendalam, dan saya kira sangat penting bagi kader partai untuk memahami bagaimana komunikasi politik dapat memecahkan kebuntuan dalam krisis. Ini bekal yang luar biasa bagi siapa pun yang ingin menjadi politisi matang,” ujarnya menegaskan.
Menutup sambutannya, Prof. Yuddy mengusulkan agar DPP Partai Golkar menjadikan buku ini sebagai bagian dari materi pembelajaran resmi bagi seluruh kader dan calon legislatif Golkar di seluruh Indonesia. Ia bahkan mendorong agar buku tersebut dibeli oleh DPP dan dibagikan secara luas melalui struktur organisasi partai.
“Saya menyarankan agar Bu Marlinda menulis surat kepada Bendahara Umum DPP Partai Golkar agar membeli buku ini dan membagikannya kepada seluruh caleg Partai Golkar se-Indonesia. Buku ini bisa jadi panduan penting untuk kita semua sebagai pejuang Golkar,” tegasnya.
Bagi Prof. Yuddy, karya Dr. Marlinda Irwanti Poernomo bukan hanya memberi kontribusi akademik seorang intelektual di tubuh Partai Golkar, melainkan juga investasi strategis untuk masa depan politik partai berlambang beringin ini. Melalui penguasaan komunikasi politik yang profesional, rasional, dan beretika, ia meyakini Partai Golkar akan mampu memperkuat reputasi dan memenangkan hati rakyat pada Pemilu 2029 mendatang.