Berita Golkar – Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai Golkar, Firman Soebagyo, mengingatkan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang dan gemilang sebagai salah satu produsen tembakau terbaik di dunia. Namun kejayaan itu, kata dia, perlahan memudar akibat berbagai faktor global yang tak bisa dihindari.
“Tembakau Indonesia, terutama dari Deli, Sumatera Utara, pernah menjadi primadona dunia. Pada abad ke-19, kualitasnya diakui di pasar internasional dan menjadi bahan baku utama cerutu-cerutu terbaik,” ujar Firman melalui keterangan tertulis kepada redaksi Golkarpedia pada Selasa (04/11).
Ia menjelaskan, dominasi Indonesia di pasar tembakau dunia mulai menurun karena kombinasi berbagai peristiwa besar seperti Perang Dunia I dan II yang mengganggu rantai produksi dan ekspor, serta krisis ekonomi global yang menekan harga dan permintaan. Selain itu, munculnya pesaing baru dari negara-negara seperti Kuba, Brasil, dan Zimbabwe turut mempersempit ruang gerak industri tembakau nasional.
“Kuba memang dikenal sebagai produsen cerutu terbaik dengan karakter aroma dan kualitas yang khas. Tapi jangan lupa, tembakau Indonesia hingga kini tetap diminati dan dihargai tinggi oleh banyak industri cerutu internasional,” tegas Wakil Ketua Umum bidang politik KADIN Indonesia ini.
Firman yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI ini menilai, tantangan yang dihadapi industri tembakau saat ini justru bisa menjadi momentum untuk kebangkitan. Menurutnya, Indonesia harus berani melangkah lebih jauh melalui peningkatan kualitas, inovasi teknologi, dan diversifikasi produk agar tidak hanya menjadi pemasok bahan mentah.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kita sudah melihat upaya peningkatan kualitas dan produktivitas tembakau. Tapi ke depan, fokusnya harus pada hilirisasi, bagaimana tembakau Indonesia punya nilai tambah yang kuat di pasar global,” jelas legislator asal Pati tersebut.
Politisi senior Partai Golkar itu menegaskan, dukungan pemerintah terhadap petani tembakau harus bersifat menyeluruh, mulai dari riset bibit unggul, akses permodalan, hingga fasilitasi ekspor.
“Jika kita serius menata ulang tata niaga dan memperkuat daya saing, bukan tidak mungkin tembakau Indonesia kembali menjadi kebanggaan dunia. Kita punya sejarah besar, tinggal kemauan untuk mengembalikannya,” tutup Firman.













