Bahlil Lahadalia Sebut Program Transmigrasi Soeharto Bentuk Kebhinekaan Papua

Berita GolkarKetua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, mengatakan, program transmigrasi era mantan Presiden Soeharto berperan besar membentuk potret kebhinekaan dan persatuan bangsa di tanah Papua. Atas jasa itu, Soeharto dinilai layak mendapatkan gelar pahlawan nasional.

Hal tersebut disampaikan Bahlil saat membuka Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Papua Selatan di Merauke, Jumat (7/11/2025). Mulanya, Bahlil menyampaikan bahwa keragaman di Indonesia terlihat begitu indah.

“Yang menampilkan tarian tadi anak-anak (dari orang tua asal) Jawa-Merauke, Manado-Merauke, bahkan sudah bercampur semua suku Nusantara di tanah ini. Itu bagian dari jasa Pak Harto dengan program transmigrasi,” kata Bahlil dalam keterangannya, Jumat (7/11/2025), dikutip dari Kompas.

“Potret persatuan Indonesia tecermin di Merauke. Papua Selatan provinsi NKRI. Itu semua proses yang panjang, jasa Pak Harto,” ujar Bahlil melanjutkan.

Bahlil menilai program transmigrasi yang digagas Soeharto tidak hanya mendorong pembangunan di wilayah timur Indonesia, tetapi juga menumbuhkan semangat persaudaraan lintas suku dan daerah.

Karena itu, ia menilai sudah sepantasnya Partai Golkar memperjuangkan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto. “Kami menegaskan usulan Pak Harto sebagai pahlawan nasional,” tegas dia.

Diberitakan sebelumnya, pemerintah kini tengah menggodok 40 nama yang diusulkan untuk mendapat gelar pahlawan nasional.

Di antara deretan nama itu, beberapa mencuri perhatian publik. Ada Presiden ke-2 RI Soeharto, Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, hingga aktivis buruh Marsinah.

Usulan itu datang dari berbagai kalangan, mulai dari tingkat kabupaten/kota hingga lembaga pusat. Tak heran, sejumlah nama pun menuai perdebatan.

Belum lama ini, sebanyak 500 aktivis dan akademisi menyatakan penolakan terhadap rencana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto. Sikap serupa juga disampaikan Kepala Badan Sejarah Indonesia DPP PDI-P, Bonnie Triyana. Namun di sisi lain, ada pula pihak yang mendukung Soeharto untuk dianugerahi gelar tersebut. {}