Berita Golkar – Kekhawatiran terhadap maraknya bullying alias perundungan di sekolah membuat Pemerintah Kota Bontang bergerak cepat. Walikota Neni Moerniaeni menegaskan, perundungan bukan sekadar kenakalan remaja. Jika dibiarkan, dampaknya bisa menghancurkan mental anak.
Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Neni menyinggung kasus seorang pelajar SMA di Jakarta Utara yang merakit bom akibat tekanan psikologis dari bullying bertahun-tahun.
“Kejadian itu harus menjadi pelajaran bagi kita semua. Bullying bisa berdampak besar, bukan hanya bagi korban, tapi juga lingkungan sekolah,” tegas Neni, dikutip dari Pranala.
Sebagai langkah pencegahan, Pemkot Bontang berencana memasang CCTV di sekolah. Neni menekankan, teknologi ini bukan untuk mengekang anak, tetapi memastikan lingkungan sekolah aman dan nyaman.
“CCTV bisa membantu mengawasi aktivitas anak. Jika ada bullying, sekolah bisa langsung tahu siapa pelaku dan korbannya, sehingga penanganan bisa cepat,” jelasnya.
Dengan pengawasan lebih ketat, perilaku kekerasan di sekolah dapat dideteksi sejak dini, sebelum berkembang menjadi masalah besar.
Neni menambahkan, banyak kasus bullying yang berujung tindakan membahayakan muncul karena anak kehilangan kendali emosi akibat tekanan yang menumpuk. Hal ini sering diperparah paparan konten negatif di internet. “Mungkin saja anak melihat sesuatu di internet dan meniru. Tanpa pendampingan, hal itu bisa berbahaya,” ujarnya.
Orang tua dan guru diimbau lebih aktif mendampingi anak, memahami emosinya, dan memastikan mereka tidak terpapar konten yang bisa memicu perilaku menyimpang.
Selain pengawasan, Neni menekankan pentingnya pendekatan kesehatan mental. Pembentukan karakter anak adalah kerja besar yang harus dilakukan bersama pemerintah, sekolah, psikolog klinis, dan orang tua.
“Mental health perlu ditangani serius. Psikolog klinis bisa memberikan asesmen dan rekomendasi tahapan pembinaan,” katanya.
Hasil asesmen akan menjadi dasar merancang program pembinaan karakter yang manusiawi, berbasis kasih sayang, dan memahami keberagaman ekspresi serta kondisi psikologis anak.
“Setiap anak berbeda. Tidak semua perilaku menunjukkan masalah. Karena itu, kita perlu membangun karakter anak dengan hati,” tambah Neni.
Dengan berbagai langkah ini, Pemkot Bontang berharap sekolah menjadi tempat aman dan suportif. Bukan hanya menimba ilmu, tapi juga ruang bagi anak tumbuh sebagai pribadi yang kuat, sehat, dan berkarakter. {}













