Cuaca Ekstrem Ganggu Produksi Beras Dunia, Firman Soebagyo Minta Indonesia Siaga Total

Berita GolkarGelombang anomali cuaca yang melanda berbagai negara produsen beras dunia mengundang perhatian serius dari anggota Komisi IV DPR, Firman Soebagyo. Ia menilai bahwa situasi global saat ini tak hanya fluktuasi musiman, melainkan ancaman nyata yang berpotensi mengganggu ketersediaan pangan Indonesia jika tidak disiapkan langkah antisipatif yang tepat.

Fenomena banjir dan cuaca ekstrem yang melanda Thailand, Vietnam, Malaysia, Indonesia, hingga Korea Utara telah menurunkan kapasitas produksi kawasan yang selama ini menjadi penyangga pasokan beras regional. Dalam kondisi seperti ini, swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah tidak hanya menjadi target strategis, tetapi juga kebutuhan mendesak.

“Kita tidak boleh lengah. Anomali cuaca global dan gangguan produksi di negara-negara produsen beras harus menjadi alarm bagi Indonesia untuk memperkuat cadangan pangan nasional. Ketahanan pangan tidak bisa lagi bergantung pada impor yang sewaktu-waktu dapat terhenti,” tegas Firman Soebagyo.

Politisi senior Partai Golkar ini menilai, kesiapsiagaan menghadapi potensi krisis pangan harus dimulai dari memperkuat fondasi produksi dalam negeri. Pemerintah, menurutnya, perlu memaksimalkan dukungan kepada petani melalui penyediaan benih unggul, pupuk, alat mesin pertanian, serta infrastruktur irigasi yang lebih andal. Langkah ini penting agar produksi nasional meningkat secara berkelanjutan dan tahan terhadap perubahan iklim ekstrem.

“Pemerintah harus memperkuat ekosistem produksi dari hulu ke hilir. Ketersediaan benih, pupuk, infrastruktur irigasi hingga alat modern pertanian mutlak diperlukan agar petani bisa meningkatkan produktivitas meski cuaca tidak menentu,” ujar Firman yang juga menjabat Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia.

Selain peningkatan produksi, Firman juga menekankan urgensi pembangunan infrastruktur pangan nasional. Ia menilai, gudang penyimpanan modern serta sistem distribusi yang efisien akan menentukan stabilitas pasokan dan harga di masyarakat.

Tak hanya itu, diversifikasi pangan juga menjadi agenda yang menurutnya tidak bisa ditunda. Firman mendorong pemerintah memperluas promosi dan pengembangan komoditas alternatif seperti jagung, singkong, ubi, dan sagu, agar konsumsi masyarakat tidak terlalu terpusat pada beras. Dengan memperkuat diversifikasi sumber pangan, Indonesia memiliki bantalan yang lebih aman jika produksi beras terganggu.

“Bangsa kita punya kekayaan pangan luar biasa, dari jagung, singkong, ubi, hingga sagu. Diversifikasi bukan satu dari banyak pilihan, tetapi jadi strategi nasional untuk memastikan rakyat tetap aman dari gejolak harga dan ancaman kelangkaan,” jelas legislator asal Pati, Jawa Tengah ini.

Firman memastikan bahwa Komisi IV DPR RI siap mengawal seluruh langkah strategis pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Menurutnya, kerja sama lintas sektor harus dipercepat agar setiap kebijakan dapat berjalan efektif dan memberi dampak nyata bagi masyarakat.

Dengan berbagai langkah tersebut, Firman Soebagyo menegaskan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan mencapai kemandirian pangan yang sesungguhnya. Ketahanan pangan, katanya, adalah fondasi utama stabilitas nasional dan kesejahteraan rakyat.

Leave a Reply