Berita Golkar – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia akan memeriksa dan mengevaluasi apakah tambang menjadi penyebab banjir Sumatera.
Bahlil mengatakan tidak ada tambang di Sumatera Barat. Sedangkan di Aceh dan Sumatera Utara, Bahlil akan menurunkan tim untuk mengecek tambang di sana.
Namun Bahlil menyatakan akan menindak izin usaha pertambangan yang beroperasi tidak sesuai dengan kaidah. “Kami akan memberikan sanksi tegas,” ucapnya.
Bahlil mengatakan sudah mengecek tambang Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, yang diduga menjadi penyebab banjir di kabupaten tersebut. Tapanuli Selatan adalah salah satu wilayah yang terimbas cukup parah. Menurut dia, lokasi tambang emas itu tidak berada di tempat banjir bandang terjadi.
“Saya cek juga kemarin di lokasi, itu tambang emas. Kalinya ada tiga. Ada kali gede, dan yang kena banjir adalah kali yang sedang, yang tengah. Nah, di Martabe ini kali yang kecil,” kata Bahlil.
Pascabencana, Bahlil telah meminta operasi tambang berhenti dulu. Namun penghentian operasi itu bukan karena ada masalah lingkungan atau hukum. Ia meminta pengelola tambang turut membantu mengerahkan alat beratnya untuk menangani bencana.
Sebelumnya, PT Agincourt Resources (PTAR), perusahaan yang mengelola tambang Martabe, menilai narasi yang mengaitkan operasi tambang emas Martabe dengan banjir bandang di Tapanuli Selatan merupakan kesimpulan yang prematur dan tidak tepat. Perusahaan pun menyampaikan hasil telaah terhadap peristiwa banjir bandang dan tanah longsor di Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan.
PTAR menyoroti siklon Senyar yang menyebabkan curah hujan tinggi di wilayah Tapanuli Selatan. Perusahaan mengklaim banjir bandang diakibatkan oleh ketidakmampuan alur Sungai Garoga menampung laju aliran massa banjir.
“Hal ini dipicu oleh efek penyumbatan masif material kayu gelondongan di jembatan Garoga I dan jembatan Anggoli (Garoga II),” demikian ditulis manajemen PTAR dalam keterangan resmi, Selasa (2/12/2025).
Menurut Agincourt Resources, perusahaan beroperasi di sub-daerah aliran Sungai (DAS) Aek Pahu yang secara hidrologis terpisah dari DAS Garoga. Perusahaan pun mengklaim aktivitas PTAR di DAS Aek Pahu tidak berhubungan langsung dengan bencana di Garoga.
Agincourt juga mengklaim investigasi lebih lanjut melalui pengamatan udara menggunakan helikopter di kawasan hulu Sungai Garoga menguatkan argumen sumber penyebab banjir. Di titik pengamatan yang berada di sub-DAS Garoga, didapatkan bukti visual terjadinya longsoran secara masif di tebing-tebing alur Sungai Garoga, termasuk di kawasan hutan lindung.
Menurut manajamen, longsoran-longsoran tersebut menjadi sumber langsung sebagian besar material lumpur dan batang-batang kayu yang ditemukan di Sungai Garoga. “Namun temuan ini masih merupakan indikasi awal. Pengkajian lebih lanjut diperlukan untuk secara lengkap mencari sumber penyebab lain,” ujar manajemen. {}













