Berita Golkar – Pekan kedua September 2025 menjadi salah satu malam yang sulit dilupakan bagi warga Sedanau, Kabupaten Natuna. Pada dini hari yang seharusnya sunyi, pancaran cahaya merah tiba-tiba menari di permukaan laut.
Sekejap saja suasana berubah. Api yang muncul dari salah satu bangunan panggung di atas air itu menjalar cepat, seolah tak memberi kesempatan bagi siapa pun untuk berpikir jernih.
Warga yang terbangun satu per satu berlari menuju sumber api. Teriakan saling bersahutan, memanggil nama tetangga, memastikan semua orang terbangun dan keluar dari rumah kayu mereka yang rapuh terhadap kobaran api.
Dalam kepanikan itu, warga mengandalkan apa saja yang ada, ember, pompa kecil, selang seadanya, dan keberanian yang dipaksa muncul oleh keadaan, dikutip dari Antaranews.
Mereka berlari di atas jembatan yang panasnya mulai merayap ke telapak kaki. Saling menyiram, saling menyemangati, mereka berharap bisa menahan laju api.
Namun angin laut yang biasanya membawa kesejukan berubah menjadi musuh. Hembusannya justru memperbesar kobaran, hingga tidak kurang enam bangunan akhirnya hangus. Sisa-sisa kayu hangus masih tercium beberapa hari setelah kejadian, seperti mengingatkan warga betapa cepat bencana bisa datang dan menghabiskan segalanya.
Pemerintah daerah kala itu tak dapat berbuat banyak. Sedanau, yang letaknya dipisahkan lautan dari ibu kota kabupaten, tidak memiliki peralatan pemadam memadai. Jarak dan keterbatasan itu membuat api terlanjur membesar sebelum bantuan apa pun dapat mencapai pulau tersebut. Peristiwa itu menjadi pukulan berat sekaligus pelajaran besar bagi banyak pihak.
Tak ingin kejadian serupa terulang, Bupati Natuna Cen Sui Lan bergerak cepat. Pada pekan terakhir September 2025, sebuah mesin diesel penyedot air lengkap dengan selang dan perangkat pendukung mulai disiagakan di Sedanau.
Peralatan itu bukan sekadar pengadaan sarana, tetapi wujud kehadiran pemerintah pada titik rentan kehidupan di pulau-pulau kecil. Setidaknya kini, masyarakat tahu bahwa jika api kembali datang, mereka tidak lagi menghadapi bencana itu sendirian.
Midai dan Subi
Penguatan layanan pemadam kebakaran tidak berhenti di Sedanau. Pemerintah Kabupaten Natuna secara bertahap juga menempatkan peralatan pemadam di dua pulau kecil lainnya, yakni Midai dan Subi.
Di Pulau Midai, peralatan mulai disiagakan pada pekan terakhir November 2025. Fasilitas tersebut meliputi mesin portable pump, fire hose, nozzle, pipa cabang konektor, helm, sarung tangan, pakaian pemadam tahan panas, dan sepatu pelindung.
Peralatan ini mampu menjangkau titik api hingga ratusan meter dengan tekanan lebih dari lima bar. Mesin tersebut diproyeksikan melayani dua kecamatan di Midai, yakni Kecamatan Midai dan Suak Midai.
Tak berselang lama, peralatan serupa juga dibawa langsung oleh Bupati Natuna Cen Sui Lan ke Pulau Subi menggunakan kapal Indra Perkasa milik Pemkab Natuna, tepatnya pada 29 November 2025. Dalam kunjungannya, bupati turut menyaksikan uji coba alat tersebut yang menunjukkan hasil memadai.
Bupati Cen Sui Lan memastikan penguatan sarana tidak berhenti pada pengadaan mesin semata. Untuk Pulau Midai, pemerintah daerah juga telah menganggarkan pengadaan satu unit mobil pemadam sebagai bentuk komitmen menjaga keselamatan masyarakat di sana.
Perlindungan kolektif
Selain menambah peralatan, Pemkab Natuna juga menciptakan masyarakat sadar bencana kebakaran. Langkah kecil menuju keselamatan kolektif itu mulai digerakkan di berbagai sudut Kabupaten Natuna.
Melalui Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, pemerintah daerah mengintensifkan program sosialisasi dan edukasi kebencanaan, khususnya terkait pencegahan dan penanganan kebakaran. Tidak hanya menyasar instansi dan masyarakat umum, kegiatan ini juga masuk hingga ke ruang-ruang kelas sekolah.
Dalam setiap sesi sosialisasi, suasana menjadi lebih hidup karena para petugas mempraktikkan cara memadamkan api menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan Sederhana (APAS).
Para pelajar mulai dari SD hingga SMA sederajat dilibatkan langsung. Dengan arahan petugas, mereka belajar menekan tuas APAR, mengarahkan moncong selang ke titik api, hingga memahami teknik dasar mengatasi kebakaran kecil, seperti kompor gas bocor.
Meski saat melaksanakan praktik sebagian tampak gugup, mayoritas pelajar justru bersemangat saat diberi kesempatan mencoba memadamkan api simulasi. Simulasi terbaru dilakukan pada pekan pertama November 2025.
Tak hanya itu, siswa juga mendapatkan edukasi mengenai langkah-langkah evakuasi ketika terjadi kebakaran di gedung, cara menyelamatkan diri dari ruangan penuh asap, serta apa yang harus dihindari ketika melihat percikan atau arus pendek listrik.
Materi disampaikan dengan bahasa sederhana sehingga mudah dipahami, termasuk oleh pelajar tingkat PAUD yang turut mendapat pembinaan. Edukasi dini ini dianggap penting karena kebakaran adalah bencana yang tidak bisa dihindari, namun dampaknya dapat diminimalkan bila seluruh lapisan masyarakat memahami dasar-dasarnya.
Upaya berkelanjutan ini diharapkan mampu membentuk kesadaran bersama bahwa keselamatan bukan hanya urusan petugas, tetapi tanggung jawab semua orang. Dengan pengetahuan yang merata, Pemkab Natuna berharap masyarakat dapat lebih siap, sigap, dan saling melindungi ketika bencana datang tanpa diduga.
Kepala Bidang Pencegahan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Natuna Beni Suparta mengatakan edukasi yang diberikan tidak berdiri sendiri, tetapi berjalan beriringan dengan pembentukan relawan pemadam kebakaran di lingkungan sekolah.
Setiap guru dan perangkat sekolah dibekali pengetahuan mengenai cara mengevakuasi siswa, menentukan titik kumpul yang aman, serta langkah-langkah awal yang harus dilakukan apabila kebakaran terjadi di area sekolah. Dengan begitu, seluruh unsur sekolah memiliki peran dan kesiapsiagaan yang sama ketika menghadapi keadaan darurat. {}













