Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud Proyeksikan Teluk Manggar Jadi Percontohan Nasional Silvofishery

Berita Golkar – Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas’ud menyatakan optimisme tinggi terhadap kawasan pesisir Teluk Manggar di Balikpapan. Wilayah ini diproyeksikan menjadi pusat percontohan nasional untuk sistem silvofishery.

Konsep ini secara inovatif memadukan budidaya perikanan dengan pelestarian hutan mangrove secara berkelanjutan, menawarkan solusi komprehensif bagi ekosistem pesisir.

Peninjauan dilakukan oleh Gubernur Rudy Mas’ud pada Minggu, di lokasi potensi kawasan De Boekit Riverside Resort. Beliau menekankan pentingnya model pelestarian alam berbasis silvofishery bagi wilayah pesisir Kalimantan Timur. Terutama area yang selama ini dimanfaatkan oleh para petambak, agar dapat mengadopsi praktik ramah lingkungan.

Visi ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekologi pesisir, tetapi juga untuk memberikan nilai ekonomi nyata bagi masyarakat. Warga sekitar yang menggantungkan hidup pada hasil tambak diharapkan dapat merasakan manfaat ganda dari pendekatan berkelanjutan ini. Sistem silvofishery diharapkan dapat menjadi jawaban atas tantangan lingkungan dan ekonomi di daerah tersebut.

Konsep Silvofishery dan Manfaatnya

Penerapan metode tambak ramah lingkungan melalui sistem silvofishery dinilai sangat strategis. Konsep ini mampu menjaga keseimbangan ekologi pesisir sekaligus memberikan nilai ekonomi yang signifikan bagi masyarakat lokal. Integrasi lingkungan ini menjadi solusi efektif untuk berbagai permasalahan di kawasan pesisir.

Salah satu manfaat utama dari sistem silvofishery adalah kemampuannya mencegah abrasi pantai. Abrasi telah lama menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan daratan di wilayah pesisir Kalimantan Timur, yang dikenal dengan sebutan “Benua Etam”. Dengan menjaga keberadaan mangrove, garis pantai dapat terlindungi secara alami.

“Kami ingin wilayah pesisir Kalimantan Timur, terutama yang dimanfaatkan petambak, bisa menjunjung model pelestarian alam dengan silvofishery,” ujar Rudy Mas’ud, dikutip dari Merdeka.

Pernyataan ini menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk mendorong adopsi praktik berkelanjutan di sektor perikanan dan kelautan.

De Boekit Riverside Resort sebagai Referensi

De Boekit Riverside Resort di Teluk Manggar dipilih sebagai lokasi referensi keberhasilan penerapan silvofishery. Keberhasilan resort ini dalam mengelola tata ruang yang harmonis antara aktivitas manusia, bisnis perikanan, dan keberlangsungan alam menjadi alasan utama. Pengunjung dapat menyaksikan langsung ekosistem hutan bakau yang rimbun dan tetap terjaga keasriannya.

Keberadaan vegetasi mangrove yang terawat di kawasan ini terbukti ampuh menjadi habitat alami. Berbagai satwa endemik Kalimantan, seperti bekantan, menemukan kenyamanan dan perlindungan di lingkungan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dapat berjalan seiring dengan konservasi alam.

Selain aspek konservasi satwa, kawasan ini juga menawarkan potensi edukasi yang sangat besar. Terutama bagi generasi muda dan anak-anak sekolah yang ingin belajar tentang biologi kelautan. Lokasi ini berfungsi sebagai laboratorium alam terbuka yang memungkinkan pelajar memahami siklus hidup biota air dan pentingnya fungsi akar bakau.

“Selain aspek konservasi satwa, kawasan ini juga menawarkan potensi edukasi yang sangat besar bagi generasi muda, khususnya anak-anak sekolah yang ingin belajar tentang biologi kelautan,” ucap Rudy. Ini menunjukkan komitmen untuk menjadikan Teluk Manggar sebagai pusat pembelajaran lingkungan.

Visi Pembangunan Hijau Berkelanjutan

Kolaborasi antara pemerintah daerah, pelaku usaha swasta, dan masyarakat pesisir menjadi kunci keberhasilan. Hal ini penting dalam mewujudkan visi pembangunan hijau yang berkelanjutan di sektor kelautan. Sinergi ini memastikan bahwa setiap pihak memiliki peran aktif dalam menjaga lingkungan.

Gubernur Rudy Mas’ud berharap, “Stigma bahwa tambak selalu merusak lingkungan dapat terpatahkan secara ilmiah melalui bukti nyata keberhasilan penerapan sistem silvofishery yang disiplin.” Pernyataan ini menunjukkan upaya untuk mengubah persepsi negatif terhadap aktivitas tambak melalui praktik yang bertanggung jawab.

Dengan menjadikan Teluk Manggar sebagai percontohan, diharapkan model silvofishery dapat direplikasi di wilayah pesisir lainnya. Ini akan menciptakan dampak positif yang lebih luas bagi lingkungan dan ekonomi lokal. Visi pembangunan hijau ini mengedepankan keberlanjutan sebagai prioritas utama. {}