Berita Golkar – Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, Tubagus Ace Hasan Syadzily, sempat mengenang nasihat orang tuanya (alm) KH. Tb. A. Rafei Ali Pengasuh Pondok Pesantren Annizhomiyyah Pandeglang Banten yang senantiasa memberikan berbagai nasihat terutama ketika harus memilih terjun ke politik.
“Salah satu nasihat abah saya adalah jika kamu ingin terjun ke politik maka kamu harus baca kitab Ahkam Sulthaniyah sebagai rujukan politik ahlussunnah. Dimana di dalamnya berisi tentang berbagai nasihat jika kita terjun ke politik,” kata Tubagus Ace Hasan Syadzily atau biasa disapa Kang Ace saat bersilaturahmi dengan ratusan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Soreang Kabupaten Bandung, Jumat (24/11/2023).
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI asal dapil Kabupaten Bandung dan Bandung Barat itu menjelaskan bahwa salah satu tujuan berpolitik itu salah satunya dalam rangka memelihara agama dan mengelola serta membangun urusan dunia agar lebih maslahat.
“Kata al-Mawardi, politik itu harus ditunjukan untuk memelihara agama dan mengelola dunia, guna mendapatkan kemaslahatan umum,” ujarnya.
Kang Ace menyebutkan, ikhtiar yang dilakukannya selama ini dalam mendorong kemajuan pendidikan terutama pendidikan Islam, semata-mata karena amanat abahnya (KH. Tb. A. Rafei Ali) yang selalu berpesan bahwa berpolitik itu harus semata-mata karena membangun kemaslahatan bersama.
Selain membicarakan upaya memajukan pendidikan di Kabupaten Bandung, pada kesempatan itu juga, Kang Ace, menyerap sejumlah aspirasi guru-guru PAI seperti terkait minimnya pengangkatan guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Kabupaten Bandung. Padahal kebutuhan guru PPPK di sana sangat besar.
Kang Ace juga menyampaikan pentingnya kolaborasi dalam memajukan pendidikan. Menurutnya, guru sebagai pendidik harus mendapatkan dukungan dari para pengambil kebijakan begitu juga sebaliknya.
“Bapak ibu teruslah berjuang mendidik anak-anak tunas bangsa. Kami berjuang di Senayan (DPR) mengawal kebijakannya secara politik. Kita berjuang bersama untuk memajukan pendidikan Islam,” ungkapannya.
Ia mengingatkan tantangan dan sekaligus peluang yang ada di depan mata bagi para guru PAI saat ini, yaitu bonus demografi. Momentum tersebut dapat membawa Indonesia menjadi negara maju jika bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
“Saya mengajak bapak ibu tetap semangat, memastikan supaya kualitas SDM kita tetap maju. Tidak ada negara maju kalau pendidikannya tidak maju,” pesan Kang Ace.
Karena, kata dia, seandainya kita mampu memanfaatkan bonus demografi dengan sebaik-baiknya, maka Indonesia akan menjadi negara maju pada 2024.
“Sebaliknya, kalau kita gagal, maka kita bisa terjebak menjadi negara yang dalam teori ekonomi disebut middle income trap (perlambatan pertumbuhan dan terjebak dalam status berpenghasilan menengah),” lanjutnya. {sumber}