Berita Golkar – Sekretaris Bidang Kebijakan Ekonomi DPP Partai Golkar, Abdul Rahman Farisi menilai terdapat dampak kebijakan tarif resiprokal yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Dia mengatakan ‘Efek Trump’ itu bisa memengaruhi kinerja ekspor Indonesia yang tidak hanya bersifat langsung terhadap neraca perdagangan, tetapi ada efek domino di perekonomian nasional.
“Total ekspor Indonesia tahun 2023 mencapai US$258,77 miliar, dengan ekspor ke Amerika Serikat sebesar US$23,28 miliar atau sekitar 9 persen. Meskipun AS merupakan pasar ekspor ketiga terbesar bagi Indonesia, kenaikan tarif ini dapat menekan permintaan terhadap produk kita,” ujar Abdul Rahman Farisi, Senin (7/4/2025).
Dia menambahkan surplus perdagangan Indonesia dengan AS di tahun 2024 yang mencapai US$16,8 miliar justru dapat tersulut menjadi tantangan baru. Hal itu terjadi apabila dampak tarif ini dirasakan lebih signifikan di sektor-sektor andalan seperti pakaian jadi, alas kaki, dan alat elektronik.
Abdul Rahman mengungkapkan bahwa ekspor produk tekstil dan barang tekstil mencapai nilai US$11,6 miliar, yang mana US$3,59 miliar merupakan ekspor pakaian jadi yang menyumbang hingga 49 persen dari total ekspor pakaian jadi Indonesia ke pasar global.
Selain itu, mesin dan alat elektronik menempati posisi kedua sebagai produk eksport andalan ke AS, dengan nilai yang dilaporkan mencapai US$ 3,59 miliar hingga US$ 4,54 miliar.
“Kenaikan tarif impor secara teoritis akan meningkatkan harga barang impor di AS, sehingga menurunkan permintaan terhadap produk Indonesia. Walaupun dalam praktiknya kontrak jangka panjang dapat menahan dampak tersebut, kontrak jangka pendek justru akan cepat melakukan penyesuaian, mencari alternatif yang lebih murah,” katanya.
Dia menyoroti bahwa efek domino dari kebijakan tarif resiprokal ini berpotensi memicu perang harga dan proteksionisme yang merusak tatanan perdagangan bebas yang selama ini menguntungkan semua pihak, termasuk Amerika Serikat.
Meski demikian, dia menilai bahwa dampak langsung terhadap ekonomi Indonesia mungkin tidak terlalu parah mengingat ekspor hanya menyumbang sekitar 20-24 persen terhadap PDB. “Sedangkan konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah menopang sekitar 50 persen PDB nasional,” ujar Ekonom asal Universitas Hasanuddin itu.
Selain itu, dia menuturkan mesti dibuatkan catatan penting bahwa Dampak Kebijakan Trump bukan hanya pada ekspor langsung Indonesia ke AS, melainkan juga melalui dampak dari Negara yang selama ini menjsdi tujuan ekspor bahan baku dari Indonesia seperti China, Jepang, Eropa, dan Vietnam.
“Sejumlah negara ini akan mengalami dampak yang serius terhadap pasar ekspornya di AS, bila ekspornya menurun, permintaan bahan bakunya dari Indonesia juga akan menurun. Dampak ini mesti terus dimonitor secara serius oleh Pemerintah,” imbuhnya.
Dalam menghadapi situasi tersebut, ARF mengemukakan dua pilihan sikap yang bisa diambil pemerintah.
“Kita juga perlu memberikan insentif berupa keringanan pajak bagi perusahaan ekspor dan melakukan lobi bilateral dengan Trump, misalnya dengan menawarkan perlakuan khusus atas investasi langsung di Indonesia yang perdyaratabya bisa dinegosiasikan lebih lanjut baik yang terkait tarif maupun non tarif,” kata dia.
Lebih lanjut, ARF menekankan pentingnya penyesuaian kebijakan jangka pendek dengan menyiapkan strategi industri serta antisipasi pengurangan tenaga kerja di sektor-sektor yang akan terdampak langsung, seperti tekstil, alas kaki, dan elektronik.
Dengan pendekatan yang antisipatif dan strategis, ARF meyakini bahwa Indonesia mampu merespons tantangan tarif resiprokal ini. “Ini sekaligus membuka peluang baru guna memperkuat posisi kita dalam perdagangan internasional,” ujarnya.
“Jadi, Pemerintah Indonesia mendorong diversikasi pasar ekspor melalui kedutaan mesti pro-aktif memasarkan produk Indonesia. Mesti ada pasar baru di negara lain untuk menjadj tujuan ekspor Indonesia,” tambahnya.
Selain kebijkan yang terkait langsung dengan perdagangan internasional, ARF juga menekankan pentingnya pemerintah dan otoritas moneter untuk menjaga stabilitas nilai mata uang rupiah.
Sebab, rangkaian dampak dari Trump Effect adalah akan mempengaruhi nilai kurs, jangan sampai ini akan mempengaruhi nilai kurs rupiah melebihi ambang batas psikilogis, itu akan berdampak pada kepanikan yang akan sangat berpengaruh pada kinerja perekonomian secara keseluruhan. {}