Ace Hasan Dorong Peran Santri Sebagai Agen Perdamaian di Pilpres 2024

Berita Golkar – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Tubagus Ace Hasan Syadzily (Kang Ace) mendorong peranan santri sebagai agen perdamaian di Pilpres 2024. Apalagi menurutnya tahun politik menjadi momen krusial karena bisa memercik perdebatan antar pendukung calon presiden.

“Saya mengajak para santri untuk menjadi agen perdamaian di Pilpres 2024 sejalan dengan ikrar santri yang dibacakan dalam peringatan Hari Santri Nasional kemarin di Surabaya,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (23/10/2023).

“Bahwa santri selalu bersedia dan siap siaga menyerahkan jiwa dan raga membela tanah air dan bangsa Indonesia, mempertahankan persatuan dan kesatuan nasional, serta mewujudkan perdamaian dunia,” lanjutnya.

Hal itu dia sampaikan dalam acara NGOPI (Ngobrol Pendidikan Islam) di Soreang, Kabupaten Bandung. Kang Ace yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat ini pun menyoroti tema peringatan Hari Santri Nasional 2024 yakni ‘Jihad Santri Jayakan Negeri’.

Menurutnya tema ini mewakili semangat dan dedikasi para santri sebagai pahlawan pendidikan dalam memberantas kebodohan. Kang Ace menekankan jihad di era modern seperti sekarang bukan lagi maju ke medan pertempuran demi agama. Akan tetapi jihad di masa kini dapat dimaknai agar umat menjadi penengah apabila terjadi gesekan dan perpecahan dalam masyarakat, terlebih di tahun politik.

“Santri menebarkan spirit perdamaian, toleransi, dan moderasi beragama. Mereka juga dilatih untuk memiliki pemahaman agama yang mendalam, etika, dan nilai-nilai kejujuran serta kebijaksanaan,” tuturnya.

Alumni pesantren Cipasung Tasikmalaya tersebut memaparkan santri juga bisa menjadi pelopor dalam mengedepankan politik berkebangsaan. Upaya tersebut dalam rangka menjaga kedaulatan negara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

“Santri justru harus bisa mengajarkan politik kebangsaan kepada masyarakat, semangat patriotisme mereka dapat memotivasi generasi muda untuk turut serta dalam membangun Indonesia yang lebih baik,” paparnya.

Sebagai individu, lanjut dia, santri memiliki hak untuk mendukung pemimpin yang dianggap paling bisa memenuhi harapan. Namun dia mengingatkan para santri untuk tetap mengedepankan toleransi dan menghindari perpecahan akibat perbedaan pilihan.

“Para santri yang sudah memiliki hak suara berhak memilih siapa calon pemimpin yang diunggulkan, tapi jangan sampai politik praktis berpengaruh pada dunia pendidikan di lingkungan pesantren dan di tengah masyarakat,” ujar Ace.

“Santri harus bisa berpegangan teguh pada akidah, ajaran, nilai, dan tradisi Islam Ahlussunnah wal Jama`ah seperti yang diserukan dalam ikrar santri. Hal itu dapat diwujudkan dengan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” sambungnya.

Legislator dari Dapil Jawa Barat II itu menegaskan meskipun pesantren diperbolehkan menjadi lokasi kampanye jelang Pemilu 2024, namun institusi pendidikan disebut harus netral dari politik praktis. “Pesantren merupakan institusi pendidikan yang harusnya dapat menjaga netralitasnya dalam Pemilu 2024, baik dalam Pilpres maupun Pileg,” ungkap Ace.

Pimpinan Komisi di DPR RI yang membidangi urusan agama ini sepakat lingkungan pendidikan butuh terpapar dengan pemahaman dunia politik. Namun, edukasi tersebut bukan berarti dalam bentuk politik praktis seperti kampanye.

“Karena selain bisa berpengaruh terhadap netralitas lingkungan pendidikan, kampanye politik dapat mengganggu ketenangan belajar para santri,” sebutnya.

“Jadi penting sekali untuk kita sama-sama menjaga agar kampanye politik di pesantren tidak mengganggu ketenangan santri pesantren dan proses belajar mengajar mereka,” imbuh Ace.

Di sisi lain, Ace membahas kontribusi santri dalam sejarah kemerdekaan RI. Menurutnya banyak tokoh perjuangan yang berlatar belakang sebagai santri.

“Secara historis, santri memiliki peran utama dalam menjaga NKRI dan ikut dalam kemerdekaan kita yang tak pernah gentar melawan penjajah demi tumpah darah negeri,” urainya. Ace mengingatkan, seorang santri harus memberikan ilmunya demi kebaikan bersama dan kelangsungan negara agar menjadi lebih baik lagi. Maka penting sekali bagi santri untuk membangun moral dan pendidikan agama.

“Penting sekali bagi kita mendorong kualitas pendidikan agama kita serta mengamalkan ajarannya di tengah-tengah masyarakat,” jelas Ace.

Ace pun berharap kualitas pendidikan di lingkungan pesantren bisa menjadi jawaban tantangan dalam memajukan negara. “Santri bisa menjadi pelopor kemajuan bagi masa depan bangsa dan negara agar Indonesia betul-betul bertumbuh menjadi negara maju,” tuturnya.

“Saya berharap santri bisa terus ikut berperan dalam pembangunan negeri karena para santri dididik menjadi sosok yang bisa menjaga marwah bangsa. Intinya adalah pendidikan. Kalau pendidikannya berkualitas, maka negara itu akan maju,” pungkas Ace.

Hal itu dia sampaikan dalam acara NGOPI (Ngobrol Pendidikan Islam) di Soreang, Kabupaten Bandung. Kang Ace yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat ini pun menyoroti tema peringatan Hari Santri Nasional 2024 yakni ‘Jihad Santri Jayakan Negeri’.

Menurutnya, tema ini mewakili semangat dan dedikasi para santri sebagai pahlawan pendidikan dalam memberantas kebodohan. Kang Ace menekankan jihad di era modern seperti sekarang bukan lagi maju ke medan pertempuran demi agama. Akan tetapi jihad di masa kini dapat dimaknai agar umat menjadi penengah apabila terjadi gesekan dan perpecahan dalam masyarakat, terlebih di tahun politik.

“Santri menebarkan spirit perdamaian, toleransi, dan moderasi beragama. Mereka juga dilatih untuk memiliki pemahaman agama yang mendalam, etika, dan nilai-nilai kejujuran serta kebijaksanaan,” tuturnya.

Alumni pesantren Cipasung Tasikmalaya tersebut memaparkan santri juga bisa menjadi pelopor dalam mengedepankan politik berkebangsaan. Upaya tersebut dalam rangka menjaga kedaulatan negara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

“Santri justru harus bisa mengajarkan politik kebangsaan kepada masyarakat, semangat patriotisme mereka dapat memotivasi generasi muda untuk turut serta dalam membangun Indonesia yang lebih baik,” paparnya.

Sebagai individu, lanjut dia, santri memiliki hak untuk mendukung pemimpin yang dianggap paling bisa memenuhi harapan. Namun dia mengingatkan para santri untuk tetap mengedepankan toleransi dan menghindari perpecahan akibat perbedaan pilihan.

“Para santri yang sudah memiliki hak suara berhak memilih siapa calon pemimpin yang diunggulkan, tapi jangan sampai politik praktis berpengaruh pada dunia pendidikan di lingkungan pesantren dan di tengah masyarakat,” ujar Ace.

“Santri harus bisa berpegangan teguh pada akidah, ajaran, nilai, dan tradisi Islam Ahlussunnah wal Jama`ah seperti yang diserukan dalam ikrar santri. Hal itu dapat diwujudkan dengan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” sambungnya.

Legislator dari Dapil Jawa Barat II itu menegaskan meskipun pesantren diperbolehkan menjadi lokasi kampanye jelang Pemilu 2024, namun institusi pendidikan disebut harus netral dari politik praktis. “Pesantren merupakan institusi pendidikan yang harusnya dapat menjaga netralitasnya dalam Pemilu 2024, baik dalam Pilpres maupun Pileg,” ungkap Ace.

Pimpinan Komisi di DPR RI yang membidangi urusan agama ini sepakat lingkungan pendidikan butuh terpapar dengan pemahaman dunia politik. Namun, edukasi tersebut bukan berarti dalam bentuk politik praktis seperti kampanye.

“Karena selain bisa berpengaruh terhadap netralitas lingkungan pendidikan, kampanye politik dapat mengganggu ketenangan belajar para santri,” sebutnya.

“Jadi penting sekali untuk kita sama-sama menjaga agar kampanye politik di pesantren tidak mengganggu ketenangan santri pesantren dan proses belajar mengajar mereka,” imbuh Ace.

Di sisi lain, Ace membahas kontribusi santri dalam sejarah kemerdekaan RI. Menurutnya banyak tokoh perjuangan yang berlatar belakang sebagai santri. “Secara historis, santri memiliki peran utama dalam menjaga NKRI dan ikut dalam kemerdekaan kita yang tak pernah gentar melawan penjajah demi tumpah darah negeri,” urainya.

Ace mengingatkan, seorang santri harus memberikan ilmunya demi kebaikan bersama dan kelangsungan negara agar menjadi lebih baik lagi. Maka penting sekali bagi santri untuk membangun moral dan pendidikan agama.

“Penting sekali bagi kita mendorong kualitas pendidikan agama kita serta mengamalkan ajarannya di tengah-tengah masyarakat,” jelas Ace.

Ace pun berharap kualitas pendidikan di lingkungan pesantren bisa menjadi jawaban tantangan dalam memajukan negara. “Santri bisa menjadi pelopor kemajuan bagi masa depan bangsa dan negara agar Indonesia betul-betul bertumbuh menjadi negara maju,” tuturnya.

“Saya berharap santri bisa terus ikut berperan dalam pembangunan negeri karena para santri dididik menjadi sosok yang bisa menjaga marwah bangsa. Intinya adalah pendidikan. Kalau pendidikannya berkualitas, maka negara itu akan maju,” pungkas Ace. {sumber}