Berita Golkar – Wakil Ketua (Waka) Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily berharap persoalan salam lintas agama tidak lagi diperpanjang. Dia menyebut salam lintas agama tersebut tidak akan mengubah keyakinan seseorang.
“Polemik salam lintas agama ini sebetulnya tak perlu diperpanjang. Salam lintas agama kan tidak akan mengubah keyakinan seseorang,” kata Ace saat dihubungi, Sabtu (8/6/2024).
Ace melihat salam lintas agama ini hanya sekadar bentuk penghormatan terhadap agama lain. Terlebih, kata dia, salam itu diucapkan oleh pejabat dalam acara yang dihadiri tokoh lintas agama.
“Menyampaikan salam lintas agama ini lebih karena kita menghormati agama lain yang menjadi audiens dalam suatu acara. Apalagi jika hal tersebut disampaikan pejabat di dalam suatu kegiatan yang dihadiri oleh berbagai agama,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas merespons hasil Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia VII tentang hukum salam lintas agama. Menurut Yaqut, fatwa tersebut hanya bersifat rekomendasi dan perlu melihat salam enam agama itu dari sisi sosiologis.
“Kemudian salam enam agama, itu kan praktik baik untuk menjaga toleransi, tidak semuanya harus dikaitkan dengan hal ihwal ubudiyah. Jadi jangan dilihat dari sisi teologis lah gitu, tapi ada sisi sosiologis yang harus dipertimbangkan,” kata Yaqut seusai rapat bersama Komisi VIII DPR di gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Selasa (4/6).
Yaqut menganggap salam lintas agama merupakan upaya menghormati antarumat beragama. Di sisi lain, menurutnya, salam lintas agama tidak akan memengaruhi keimanan seseorang.
“Bahwa ini menjaga dan saling menghormati antarumat beragama. Apakah iya misalnya saya yang muslim menyampaikan salam agama lain kemudian keimanan saya terganggu? Atau sebaliknya nonmuslim mengucapkan ‘assalamualaikum’, kemudian keimanannya berpaling, kan tidak,” ujar Yaqut.
Yaqut mengatakan Nabi Muhammad SAW pun menyampaikan salam bagi umat selain Islam. Dengan begitu, dia tak sepakat apabila salam lintas agama disebut mencampuradukkan akidah.
“Nabi juga pernah mengucapkan salam kepada umat nonmuslim. Itu mencampuradukkan, nggak? Makanya saya bilang jangan selalu tidak semuanya bisa dibicarakan dalam ranah teologis. Ada ranah sosiologis, apalagi dalam konteks keindonesiaan yang memiliki keragaman budaya, kultur, ras, agama. Itu kan saling menghormati, caranya begitu. Saya kira tidak usah dipermasalahkan,” ujar dia. {sumber}