Berita Golkar – Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Tubagus Ace Hasan Syadzily menyampaikan, perguruan tinggi berperan penting pada program hilirisasi dalam rangka ketahanan nasional. Hilirisasi sumber daya alam harus memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan Ace Hasan saat memberikan orasi ilmiah dalam kegiatan wisuda sarjana, magister, dan doktor Universitas Pasundan (Unpas) di Gedung Sabuga, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Sabtu (9/11/2024), dikutip dari JPNN.
Pria yang juga menjabat Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar dan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat itu membawakan orasi ilmiah berjudul “Dukungan Perguruan Tinggi pada Program Hilirisasi dalam rangka Ketahanan Nasional”. Salah satu program yang saat ini tengah dilaksanakan oleh pemerintahan Prabowo Subianto adalah hilirisasi.
“Presiden Prabowo mengampaikan, kita harus melakukan hilirisasi kepada semua komoditas yang kita miliki. Nilai tambah dari semua komoditas itu harus menambah kekuatan ekonomi kita sehingga rakyat kita bisa mencapai tingkat hidup yang sejahtera. Seluruh komoditas kita harus bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia,” kata pria yang karib disapa Kang Ace, dikutip Minggu (10/11/2024).
Indonesia, kata Ace, merupakan negara dengan kekayaan alam melimpah. Sudah seharusnya dengan kekayaan alam yang luar biasa itu, membawa kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Namun, Indonesia harus memiliki kemampuan mengolah sumber daya alam tersebut. Untuk itu, bangsa Indonesia harus memiliki kemampuan hilirisasi
“Hilirisasi adalah proses pengolahan transformatif bahan baku atau sumber daya alam menjadi bahan jadi yang bernilai ekonomi lebih tinggi,” ujarnya.
Dia menuturkan, satu contoh, Indonesia memiliki kandungan nikel terbesar di dunia. Kalau hanya diekspor dalam bentuk bahan mentah, nilai ekonomi rendah, 3 miliar Dolar AS. Sebaliknya, ketika Indonesia mampu mengolahnya menjadi bahan jadi dengan hilirisasi, maka harganya meningkat menjadi 33 miliar Dolar AS.
“Karena itu, penting sekali peran perguruan tinggi untuk mewujudkan hilirisasi tersebut dengan menjadikannya (perguruan tinggi) sebagai pusat informas, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat,” tuturnya.
Ace mengatakan, alasan Indonesia harus melakukan hilirisasi adalah pertama, akan melahirkan nilai tambah. Dengan mengolah bahan mentah menjadi produk jadi, Indonesia bisa meningkatkan nilai jual produk di pasar global, meningkatkan penerimaan negara, dan menciptakan efek pengganda (multiplier effect) di ekonomi nasional.
Pada 2017, nilai ekspor nikel mentah Indonesia sebesar 3,3 miliar Dolar AS. Setelah program hilirisasi dilaksanakan pada 2021 lalu, nilai ekspor naik menjadi 20 miliar Dolar AS pada 2023. “Itu salah satu contoh dengan hilirisasi akan meningkatkan nilai ekspor bahan jadi,” ucapnya.
Kedua, hilirisasi mendorong industrialisasi dan diversifikasi ekonomi. Hilirisasi menciptakan ekosistem industri yang lebih kompleks, mempercepat industrialisasi, dan mengurangi ketergantungan pada sektor primer dengan memperkuat sektor sekunder dan tersier.
Ketiga, menciptakan lapangan kerja dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). “Proses hilirisasi memerlukan tenaga kerja dengan berbagai keterampilan, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan keterampilan SDM dalam negeri,” jelasnya.
Kang Ace memaparkan bahwa Indonesia memiliki kandungan nikel terbesar di dunia, yaitu, 42 persen atau 21 juta ton. Kemudian, timah di posisi kedua dunia, sebesar 16,3 persen. Tembaga ke-11 dunia dengan kandungan sebesar 3 persen. Indonesia memiliki kandungan emas sebesar 5 persen di dunia, sedangkan perak 2 persen.
Dia menegaskan, semua sumber daya alam itu tersebar di seluruh provinsi di dunia. Bahkan Jawa Barat kaya akan nikel, besi baja, bauksit, timah, tembaga, minyak bumi, getah pinus, kayu log, karet, garam, tapioka dan lain-lain.
Proyeksi dampak ekonomi hilirisasi komoditas bauksit 2023-2040 dengan nilai investasi 48,89 miliar Dolar AS, bisa menghasilkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) 36,99 miliar Dolar AS per tahun pada 2040. “Indonesia menargetkan menjadi 7 besar negara produsen panel surya. Target itu bisa dicapai dengan hilirisasi,” tutur dia.
Sedangkan proyeksi dampak ekonomi hilirisasi komoditas nikel Indonesia, dengan nilai investasi 127,70 miliar Dolar AS, akan menghasilkan PDB 43,20 miliar Dolar AS. Kemudian, menyerap 357.000 tenaga kerja dan nilai ekspor pada 2040 meningkat menjadi 81 miliar Dolar AS.
“Target Indonesia pada 2040, 2 besar negara produsen stainless steel dunia dan 3 besar negara produsen baterai ev dunia,” imbuhnya.
Dalam orasi ilmiah itu, dia menjelaskan dukungan perguruan tinggi pada program hilirisasi dalam rangka ketahanan nasional, yaitu melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
“Pendidikan membangun SDM inovatif dengan kurikulum berbasis hilirisasi, yakni, Integrasi materi hilirisasi dalam kurikulum untuk mempersiapkan SDM yang siap industri,” jelasnya.
Kemudian, pendidikan di perguruan tinggi mengembangkan soft skills dan hard skills mahasiswa dengan Peningkatan kemampuan riset, manajerial, dan adaptasi teknologi bagi mahasiswa. Perguruan tinggi harus berkolaborasi dengan industri dengan menyediakan program magang dan kunjungan industri untuk pengalaman langsung mahasiswa terkait hilirisasi.
Kang Ace menyatakan, peran perguruan tinggi berikutnya adalah penelitian, yaitu, mendorong inovasi dan produk unggulan. Perguruan tinggi melakukan riset terapan untuk hilirisasi. “Fokus pada riset yang menghasilkan produk siap komersial dan mendukung sektor strategis,” ujarnya.
Kemudian, pemerintah mendukung pendanaan dan kerja sama dengan sektor industri untuk riset hilirisasi. “Perguruan tinggi menjadi inkubator inovasi untuk memfasilitasi proses hilirisasi hasil riset,” tandasnya. {}