Berita Golkar – Ketua DPP KNPI, Achmad Annama mengecam pernyataan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang menyudutkan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dalam acara pengukuhan PB IKA PMII periode 2025-2030 di bawah kepemimpinan Fathan Subchi di Hotel Bidakara Jakarta, Minggu malam, 13 Juli 2025, Cak Imin menyatakan, ‘Nggak ada PMII, nggak tumbuh dari bawah. Kalau ada yang tidak tumbuh dari bawah pasti bukan PMII, pasti itu HMI.’
Pernyataan itu menurut Annama bukan hanya tidak tepat secara historis, tapi juga bahaya secara sosial-politik. Ia menilai pernyataan Cak Imin berpotensi memecah belah dan memicu ketegangan antar organisasi mahasiswa yang selama ini menjadi fondasi kaderisasi intelektual bangsa.
“Saya menyayangkan pernyataan Cak Imin terhadap HMI. Pernyataan tersebut sangat bertendensi politis, ahistoris dan berpotensi memunculkan sentimen antar organisasi kemahasiswaan. Pernyataan tersebut juga berpotensi memunculkan sensitifitas yang lebih tajam antar organisasi. Padahal adik-adik kita sudah jengah dengan hal macam ini,” tegas Annama.
Lebih lanjut, Aktivis SOKSI ini menyebut bahwa semangat zaman saat ini justru menuntut kolaborasi lintas kelompok, bukan friksi yang didorong oleh kebanggaan identitas sempit atas satu organisasi tertentu.
“Yang diperlukan di era sekarang adalah kolaborasi, bukan justru memunculkan friksi yang tak perlu. Apalagi soal organisasi kemahasiswaan, baik HMI dan PMII saya kira memiliki dimensi perjuangan yang mirip. Tak perlu dipersoalkan,” ujarnya.
Menurut Annama, secara historis, pernyataan Cak Imin tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ia mengingatkan bahwa HMI didirikan oleh Lafran Pane pada tahun 1947 dalam situasi bangsa yang penuh keterbatasan dan perjuangan. HMI tumbuh bukan dari kekuasaan, tapi dari kesadaran nilai-nilai perjuangan dan ideologi kebangsaan.
“Secara ahistoris, pernyataan Cak Imin juga keliru. Lafran Pane mendirikan HMI di tahun 1947 di tengah kondisi yang memprihatinkan. Dia tidak tumbuh dari kelompok kekuasaan, tidak tumbuh di tengah megahnya istana, tapi tumbuh dari kesadaran nilai dan ideologi,” papar Pengamat Komunikasi STID Sirna Rasa ini.
Annama pun menyebut sejumlah nama besar alumni HMI yang mampu membuktikan bahwa organisasi ini memang melahirkan kader-kader terbaik yang berasal dari latar belakang sederhana. Salah satu di antaranya adalah Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, yang menurut Annama contoh nyata kader HMI yang meniti karier dari bawah.
“Banyak pula alumni HMI yang berkiprah benar-benar dari bawah hingga kini mencapai puncak karir. Saya bisa sebutkan salah satunya Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadalia. Beliau satu dari sekian banyak contoh kader HMI yang bertumbuh dari kondisi tersulit dalam kehidupannya,” ujarnya.
Tak hanya Bahlil, nama-nama seperti Ade Komarudin, Ace Hasan Syadzily, hingga Ahmad Doli Kurnia juga disebut Annama sebagai sosok-sosok yang tumbuh dari medan pengkaderan HMI. Mereka semua, menurutnya, adalah produk dari proses panjang yang menekankan prinsip meritokrasi dan kerja keras, bukan privilege kekuasaan.
“Semuanya tumbuh dari dasar karang yang ditempa dalam kawah candradimuka himpunan,” tambah Annama.
Bagi Annama, keberhasilan para alumni HMI justru menunjukkan bahwa sistem pengkaderan organisasi tersebut berjalan ideal. Maka, menjadi tidak adil jika keberhasilan itu justru dijadikan bahan sindiran dan olok-olokan.
“Terlepas dari bagaimana HMI menghasilkan banyak kemapanan alumninya, itu berarti fungsi pengkaderan dalam organisasi berjalan ideal. Kita tidak boleh membuat alibi keberhasilan sebagai satir yang tak bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Ia pun menyinggung bahwa karier politik Cak Imin sendiri tidak terlepas dari interaksi dan kontribusi para alumni HMI. Maka, menurut Annama, pernyataan seperti ini tidak hanya keliru tapi juga tidak etis secara politik.
“Apalagi perjalanan Cak Imin sebagai politisi tentu sering bersinggungan dengan para alumni HMI, karir yang ia pijak saat inipun tak terlepas dari singgungan itu. Jadi kurang bijak bila keluarkan pernyataan seperti itu,” pungkas Ketua Departemen MPO DPP Partai Golkar.
Melalui kritiknya, Achmad Annama mengajak semua pihak mengedepankan semangat persatuan, serta menjauh dari narasi-narasi yang memecah belah. Sebab, di tengah tantangan bangsa hari ini, justru dibutuhkan soliditas antar kelompok pemuda dan mahasiswa demi memperkuat masa depan Indonesia.