DPP  

Achmad Annama Jadi Pembicara AI dan Digitalisasi Demokrasi di Forum Democracy Youth Summit Japan 2025

Berita Golkar – Ketua DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Bidang Informasi dan Komunikasi, Achmad Annama menjadi salah satu pembicara di Democracy Youth Summit 2025 di Jepang. Annama tampil dalam diskusi panel bertema AI dan Teknologi pada minggu pagi, 17 Agustus 2025 di National Olympics Memorial Youth Center Sangubashi, Tokyo.

Konsultan Digital Branding ini tampil bersama para pembicara lainnya, yaitu: Associate Professor Hosei University, Lee Shun-shi, CEO Liquitous, Hiroyuki Kurimoto, Young Diplomats Canada, Marie-Chantal Plouffe dan Polish National Youth Council, Jan Palasz. Annama sendiri merupakan perwakilan Indonesian National Youth Council (NYC) atau KNPI di bawah kepemimpinan Ketua Umum Tantan Taufik Lubis.

Topik yang dibahas adalah fenomena demokrasi digital, bagaimana dampak AI atau kecerdasan artifisial (KA) pada demokrasi dan sejumlah tantangan masa depan yang muncul dari penerapan AI dalam kehidupan demokrasi. Acara dipandu bilingual, Bahasa Inggris dan Jepang. Selain peserta Democracy Youth Summit, acara juga dihadiri para mahasiswa Jepang yang ingin berjejaring dengan para pemuda internasional dan mendapat wawasan baru tentang isu-isu terkini.

Menurut Aktivis SOKSI ini, Indonesia adalah negara demokrasi 5 besar dunia yang memiliki lebih dari 212 juta pengguna internet. Dan 70 persennya didominasi kaum muda, mereka yang berusia di bawah 45 tahun. Ada beberapa gebrakan kalangan muda di pesta demokrasi terakhir yang menjadi sorotan Annama, yaitu: platform digital, literasi digital dan konten digital

“Kaum muda memanfaatkan Demokrasi Digital dan digitalisasi demokrasi dengan sangat baik. Mereka membuat platform digital untuk memantau proses pemilu, seperti KawalPemilu dan Jaga suara. Literasi digital dalam bentuk kultwit, infografis maupun e-book yang bisa diakses publik. Serta konten video menarik dari banyak Influencer di medsos yang memberi pencerahan soal politik dan demokrasi,” tutur Pakar Komunikasi Islam STID Sirnarasa Ciamis ini.

Ketua Departemen MPO DPP Partai Golkar ini juga mengungkap 2 sisi koin dari digitalisasi dan AI dalam demokrasi. Karena kecerdasan artifisial (KA) telah menjungkirbalikkan teori komunikasi politik. Sisi positif AI sangat mungkin diaplikasikan oleh politikus maupun partai politik, bahkan sebagian sudah ada yang mengimplementasikan.

“Sisi positif AI adalah membuat pesan politik jadi lebih mudah dipahami, menerjemahkan isu politik dan kebijakan publik ke bahasa yang dimengerti semua orang serta mendukung transparansi, pendidikan politik dan keterbukaan informasi karena bisa diakses semua kalangan,” ungkap Annama.

Tapi di sisi lain, lanjut Annama, AI juga tak dapat dipungkiri menimbulkan sejumlah masalah yang harus diantisipasi dengan bijak agar tidak menimbulkan kekacauan dalam demokrasi dan dunia politik.

“Misalnya, Dengan AI oknum bisa membuat deepfakes simulasi skandal atau kejadian yang sebenarnya tak pernah ada, berujung negative bahkan black campaign. Konten AI juga bisa membanjiri medsos sehingga menyulitkan untuk menyaringnya. Pada akhirnya masyarakat jadi bingung mana fakta mana Hoaks,” papar Ketua DPP Bapera ini.

Annama menyoroti begitu mudah dan murahnya fabrikasi misinformasi, disinformasi dan malinformasi dengan AI. Disinilah dibutuhkan peran besar kaum muda. Karena politik bukan sekedar butuh anak muda tapi anak muda yang tertarik dan mau merubah dunia politik ke arah lebih baik.

“Anak muda harus mendorong aturan yang ketat dan jelas soal penggunaan AI di dunia politik, ajakan berkampanye digital yang beretika dan perangi buzzer politik yang gaduh hadirkan hoaks. Karena anak muda harus mampu membangun ekosistem yang kondusif dimana teknologi AI bukan menggantikan tapi memperkuat nilai-nilai luhur demokrasi,” pungkas Achmad Annama. {}