Adrianus Asia Sidot Minta Pemerintah Optimalkan Lahan Pertanian Eksisting Dibanding Ekstensifikasi

Berita Golkar – Anggota Komisi IV DPR RI Adrianus Asia Sidot menyoroti pentingnya upaya pencapaian swasembada pangan pada tahun 2029. Hal itu disampaikan Adrianus dalam Rapat Kerja Komisi IV dengan Badan Pangan Nasional dan Badan Karantina di Gedung Nusantara, DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (11/06/2024).

Adrianus menyampaikan bahwa visi pemerintahan Prabowo adalah mendorong kemandirian pangan secara nasional. “Supaya Indonesia benar-benar berswasembada pangan, paling tidak pada tahun 2029. Itu yang ingin kita tuju,” jelasnya.

Dalam pertemuan ini, Adrianus menjelaskan perlunya pemerintah mengoptimalkan lahan-lahan pertanian yang sudah ada, seperti di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi, serta tidak hanya berfokus pada ekspansi sawah baru. Adrianus menekankan bahwa ekstensifikasi lahan, seperti proyek cetak sawah baru di Kalimantan Tengah dan Merauke, memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan.

“Nah tapi juga harapan saya pemerintah jangan hanya melakukan ekstensifikasi karena ini dampak lingkungannya juga cukup besar,” ungkapnya, dikutip dari laman DPR RI.

“Jadi pemerintah juga harus menggenjot produksi pangan di daerah-daerah yang sudah ada sawahnya, sudah existing gitu kan,” imbuhnya.

Politisi Fraksi Partai Golkar itu juga menyinggung isu diversifikasi pangan, yang dinilai menjadi aspek penting untuk kemandirian pangan. Menurutnya, penyediaan pangan nasional tidak harus dalam bentuk beras. Terlebih, tidak semua makanan pokok masyarakat Indonesia adalah nasi

“Ada yang makan jagung, ada yang makan sagu, kayak Indonesia Timur itu kan umumnya sagu,” tambahnya.

Adrianus menekankan pentingnya perlindungan hutan sagu yang menjadi sumber pangan utama bagi masyarakat setempat, terutama di daerah yang terkena dampak lingkungan seperti Timika Lebih lanjut, Adrianus menanggapi program makan siang gratis bagi anak sekolah.

“Ini penting ya. Jadi keamanan pangan ini juga kan sangat berpengaruh. Pada umumnya petani itu mengolah lahan-lahan itu kan dengan bantuan misalnya herbisida, lalu insektisida, menggunakan pupuk-pupuk kimia Kandungan bahan-bahan berbahaya, pada makanan ini kan tinggi sekali,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa kandungan kimia seperti herbisida dan insektisida di beberapa produk pangan masih belum diawasi dengan baik di Indonesia, berbeda dengan standar di Singapura yang lebih ketat

“Jadi keamanan pangan yang terkait dengan kandungan bahan kimia, dengan pengawet dan seterusnya, ini sangat-sangat penting diperhatikan oleh siapa saja, oleh semua pemegang kepentingan, semua stakeholders yang berkaitan dengan pemberian makanan bergizi gratis. Terutama kepada anak-anak sekolah, karena ini kaitannya dengan tumbuh kembang dan kesehatan anak-anak sekolah.” tegas Adrianus.

Terakhir, Adrianus menyarankan penguatan metode pertanian organik, penggunaan rekayasa tanaman yang tahan hama, serta pengurangan penggunaan bahan kimia melalui mekanisasi.

“Yang pertama kan memang penguatan pada on-farm-nya ya, penggunaan alat bahan-bahan kimia kayak herbisida ini bisa ditekan dengan mekanisasi. Jadi mulai dari pengolahan, pemupukan, kemudian penanggulangan hama dan penyakit. Ini harus diperhatikan betul agar beras atau pangan yang dihasilkan itu benar-benar pada titik aman untuk dikonsumsi, oleh anak-anak terutama tapi juga oleh semua masyarakat,” tutupnya. {}