Agar Tak Mengganggu, Bamsoet Imbau Para Pemotor Gunakan Knalpot Brong di Arena Balap

Berita Golkar – Penggunaan knalpot brong dalam masa kampanye ini dikhawatirkan menjadi sumber permasalahan. Selain juga mengganggu masyarakat. Komunitas motor pun menyebut penggunaan knalpot brong baiknya di arena balap.

Ketua Kawasaki Ninja Club (KNC) Kebumen Arif Mustofa mengaku kurang setuju ajang kampanye politik masih diwarnai knalpot brong. Dia bersama komunitas motor lain pun sepakat wilayah Kebumen bisa terbebas atau zero knalpot brong. Hal ini sesuai dengan program kepolisian.

“Kalau saya sih kurang setuju pakai knalpot brong. Kasihan masyarakat bisa terganggu. Mending langsung di arena balap,” ujarnya dalam sosialisasi empat pilar MPR RI di Kebumen, Minggu (21/1)

Sedang Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengajak segenap komunitas motor patuh terhadap aturan berlalu lintas. Termasuk tak menggunakan knalpot bising atau brong. Hal ini diutarakan Bambang usai pemaparan materi terkait.

Bambang yang juga Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) itu, pengguaan knalpot brong dapat memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Dari knalpot brong, kata dia, tentu akan menggangu kenyamanan masyarakat hingga berpotensi memicu masalah sosial. “Jangan sampai kita memancing keriuhan atau keributan karena knalpot brong,” jelas Bambang.

Lebih lanjut, pada musim kampanye seperti sekarang, dia meminta agar para pendukung paslon presiden tidak mengedepankan ego. Politisi Golkar itu pun mengingatkan tentang pentingnya persatuan antar anak bangsa dalam menghadapi kontestasi politik Pemilu 2024.

Menurut dia, perbedaan pandangan politik pada kontestasi Pemilu adalah hal lumrah. Namun, persoalan tersebut hendaknya bukan menjadi alasan untuk berseteru. “Boleh kita mendukung paslon, tapi lakukan dengan tertib dan damai tanpa melanggar,” terangnya.

Sosialisasi empat pilar MPR RI itu dihadiri berbagai komunitas otomotif di Kebumen. Pada pembahasan lain, Bambang juga menyinggung soal debat cawapres. Ia berharap proses debat dapat berlangsung dengan santun tanpa menghilangkan adat ketimuran. “Jangan sampai saling melukai. Tidak ada gunanya. Toh nanti berteman lagi,” ujarnya. {sumber}