Berita Golkar – Anggota DPR RI Fraksi Partai Golongan Karya, Dr.Tr. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc.IP., M.Si mengingatkan tentang pentingnya collaborative governance atau pemerintahan yang kolaboratif dalam mendukung tercapainya Sustainable Government Goals (SDGs).
Hal ini disampaikan Agun Gunanjar Sudarsa yang juga Pembina Yayasan Pendidikan Galuh saat menjadi narasumber unggulan dalam Seminar Nasional yang digelar di Auditorium Universitas Galuh (Unigal) Ciamis, Jabar.
Seminar mengambil tema: “Colaborative Governance dalam Mendukung Sustainable Government Goals (SDGs)”.
Politisi Senior Golkar ini memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mendukung tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Sustainable Development Goals atau SDGs sendiri adalah kesepakatan pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan yang bergeser ke arah pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif.
“Dalan hal ini diperlukan adanya colaborative governance dari seluruh pemangku kepentingan. Karena kampus hanya akan bisa maju kalau dia mampu berkolaborasi dengan civil society atau masyarakat sekitarnya,” kata Agun kepada suarakarya.id.
Selain itu, lanjut dia, juga perlu kerja sama dengan para pebisnis, pelaku usaha, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sehingga akan tumbuh dan berkembang dan maju secara bersama-sama.
Dalam konteks ini, ujar Agun juga sependapat bahwa konsep pentahelix perlu dilakukan sebagai sebuah strategi kolaborasi dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat maupun lembaga-lembaga non-profit dalam rangka mewujudkan inovasi.
Kelima lembaga tersebut antara lain: akademisi, industri, pemerintah, asosiasi atau komunitas, serta media.
Melalui kolaborasi sinergis antar lembaga tersebut diharapkan terwujud suatu inovasi baru dalam mendukung tercapainya Sustainable Government Goals (SDGs).
“Jadi tidak bisa lagi hanya bisa mengandalkan kemampuan individu dirinya saja. Harus adanya kolaborasi, bergotong-royomg mewujudkan cita-cita bersama. Persis seperti tujuan kita dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945,” jelas
Agun juga menuturkan, bahwa kolaborasi ini akan lebih dikembangkan lagi dengan mengajak kerja sama dengan universitas lain yang ada di Jawa Barat.
“Saya akan ajak kolaborasi para mahasiswa di provinsi, kabupaten yang lain dengan mengembangkan, mempersiapkan agar para mahasiswa itu kelak mempunyai kemandirian, karena ke depan itu lapangan pekerjaan akan berubah,” ungkap Agun yang pernah menjadi Ketua Komisi II DPR RI dan Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI ini.
Dalam seminar tersebut juga dihadiri oleh Asisten Daerah 1, H. Wasdi, dosen, mahasiswa dan stakeholder terkait dari berbagai instansi.
Diskusi antara Legislator Senayan 6 periode sejak 1997 dari Dapil Jabar X (Kabupaten Ciamis, Kuningan, Pangandaran, dan Kota Banjar) dengan peserta seminar ini terasa menciptakan suasana yang interaktif dan mendalam, membuka ruang bagi pemahaman yang lebih baik tentang cara kolaborasi lintas sektor dapat menjadi kunci sukses dalam mencapai SDGs.
Acara ini menjadi salah satu langkah positif menuju peningkatan kesadaran dan keterlibatan aktif dalam mendukung agenda pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal maupun nasional.
Kemandirian dan Melek Digital
Agun juga mengajak kepada seluruh mahasiswa agar kedepannya mampu menciptakam kemandirian dalam segala bidang termasuk bidang ekonomi.
Maka dari itu, mulai saat ini, aktivis organisasi intra dan ekstra kampus ini meminta mahasiswa Unigal harus melek teknologi dan digitalisasi.
“Kegiatan ini adalah bagian dari kewajiban saya sebagai wakil rakyat menyerap aspirasi dan memperjuangkannya. Dalam konteks ini, kami selama ini telah membina para mahasiswa Unigal memasuki era digital,” jelasnya.
Doktor Terapan pada studi Administrasi Pembangunan Negara, Politeknik STIA LAN Jakarta ini kembali mengingatkan di era saat ini banyak sekali perubahan dalam bidang ekonomi contohnya, di sektor perdagangan ritel sudah tidak perlu lagi belanja dengan uang tunai dan memilih barang yang dijajakan di warung. Tapi transaksi sudah cashless dan hampir semua aktivitas bisnis dilakukan secara virtual.
“Nah ini fakta disrupsi yang sudah didepan mata, yang harus dipersiapkan oleh calon intelektual dari Unigal. Oleh karena itu perlu kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan. Kampus bisa maju kalau dia mampu berkolaborasi dengan civil society dengan masyarakat sekitarnya, juga dengan para pebisnis pelaku usaha UMKM. Dia akan tumbuh dan berkembang cepat. Jadi tidak bisa lagi hanya mengandalkan kemampuan dirinya segala-galanya. Harus kolaboratif dengan semua. Nah syukur-syukur bisa kolaborasi dengan Pemda,” tambahnya.
Maka dari itu, Agun mendorong agar para mahasiswa memiliki jiwa kemandirian yang kuat karena ke depannya itu lapangan pekerjaan akan berubah.
“Bisa jadi nanti tidak akan banyak jumlah polisi di jalan raya karena semua pakai CCTV yang berfungsi juga sebagai sarana pengawasan, warung atau kedai juga mungkin tidak akan banyak lagi. Kayak mall-mall mungkin akan redup seiring berjalannya waktu. Semuanya sudah serba digital,” bebernya.
Dengan digitalisasi saat ini, kata Agun, semuanya bisa menjadi lebih mudah, dengan syarat harus melek teknologi dan mampu memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Ke depannya, Agun berharap ada kolaborasi nyata antara pihak kampus dan para pemangku kepentingan, sehingga mahasiswa yang ingin berinovasi pun tidak kesulitan mencari arah dalam menggapai kesuksesan di masa datang. {sumber}