Berita Golkar – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pihaknya telah membahas berbagai peluang bisnis di berbagai sektor strategis, mulai dari sektor energi, farmasi hingga makanan dan minuman dengan perusahaan Kanada.
Diskusi itu berlangsung dalam pertemuan dengan Delegasi Bisnis Kanada yang tergabung dalam Canada-ASEAN Business Council (CABC) di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta.
“Terutama juga investasi yang dilakukan untuk Carbon Capture and Storage (CCS) baik oleh BP maupun ExxonMobil. Kemudian juga rencana di sektor farmasi, di mana sektor farmasi juga minta agar obat-obat yang baru itu bisa lebih mudah masuk dan juga sebagian ada yang diproduksi di Indonesia,” kata Airlangga saat ditemui usai diskusi bersama CABC di Jakarta, Selasa (3/12/2024), dikutip dari Antara.
Di sektor makanan dan minuman, Airlangga menyebut bahwa perusahaan PepsiCo sedang mempersiapkan peresmian pabrik baru di Indonesia. Ia mengatakan pihak perusahaan telah berinvestasi sekitar 200 juta dolar AS dan bakal segera meresmikan pabrik makanan ringan (snack) yang baru di Indonesia.
“Yang baru dan akan segera diresmikan pabriknya, itu Pepsi Cola, Pepsi Coke. Tapi yang dia produksi adalah makanan, snacks lah. Sudah investasi, tinggal diresmikan,” jelasnya.
Pertemuan dengan delegasi perusahaan Kanada itu juga menjadi tindak lanjut dari pembicaraan dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara sebelumnya, yang bertujuan untuk memperkuat kerja sama bilateral antara Indonesia-Kanada.
Adapun dalam pertemuan di Kantor Kemenko Perekonomian, Delegasi Bisnis Kanada dipimpin oleh Wayne Farmer, Presiden CABC, dan dihadiri oleh 9 perwakilan perusahaan Kanada, di antaranya Sun Life Financial, CG Wellington Inc, TISEC Inc, Natural Resources Canada, Concordia University, AtkinsRealis, dan perusahaan besar Kanada lainnya.
Presiden Farmer menyoroti fokus sektor swasta Kanada ingin bekerja sama secara intensif dengan Indonesia pada sektor energi bersih termasuk energi nuklir sebagai pembangkit listrik, ketahanan pangan dan pertanian, serta niaga elekronik (e-commerce) dan kecerdasan artifisial (AI).
Pada sektor energi bersih, CABC menyatakan kesiapan untuk membantu mempercepat transisi energi di Indonesia. Kanada menawarkan kolaborasi untuk pengembangan energi terbarukan, dan penggunaan energi nuklir sebagai pembangkit listrik.
“Kami memiliki pengalaman yang luas dalam pengelolaan energi nuklir, dan senang dapat bermitra dengan Indonesia untuk peningkatan kapasitas dalam mengelola keamanan energi nuklir dan operasionalisasi nuklir sebagai pembangkit listrik,” ungkap Presiden Farmer.
CABC juga menyatakan siap mendukung ASEAN dalam memanfaatkan energi nuklir sebagai bagian dari upaya bersama untuk mencapai tujuan dekarbonisasi global.
Menanggapi hal tersebut, Airlangga menyambut baik tawaran Kanada untuk bermitra pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia.
“Indonesia saat ini telah memiliki lokasi untuk pengembangan PLTN pertama yaitu di Kalimantan Barat melalui teknologi SMR, kami senang jika Kanada dapat melakukan kajian kelayakan (feasibility study) di Indonesia,” ujar Airlangga.
Sebagai tambahan, Airlangga menyatakan minatnya untuk mengirimkan delegasi Indonesia guna mempelajari teknologi SMR dan peningkatan kapasitas operasionalisasi PLTN.
Pada sektor energi bersih, Airlangga menawarkan sejumlah potensi kerja sama antara lain energi surya dan hydro energy di Jawa Barat, energi panas bumi (geothermal energy) di Sulawesi dan Jawa, hingga energi angin di Sulawesi.
Pada sektor pangan dan pertanian, CABC mendukung penyediaan pangan dan produk pertanian yang di kawasan Asia Tenggara dan berkomitmen untuk mengoptimalkan potensi pertanian di Indonesia untuk mencapai ketahanan pangan melalui peningkatan kapasitas pertanian dan mempelajari teknologi pertanian.
“Pemerintah terbuka jika Kanada membantu program ketahanan pangan Indonesia dan peningkatan teknologi pertanian untuk peningkatan produktivitas,” jawab Airlangga.
Indonesia dan Kanada sendiri sudah menyelesaikan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Kanada (ICA-CEPA). Dengan ICA-CEPA, ekosistem investasi di Indonesia kurang lebih sudah setara dengan apa yang diharapkan oleh investor di Kanada, apalagi Indonesia merupakan negara dengan ekonomi digital terbesar di ASEAN. {}