Airlangga Hartarto Harap Rampungnya Negosiasi AS-China Beri Kemudahan Negara Lain

Berita Golkar – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai kesepakatan tarif antara Amerika Serikat (AS), China, dan Inggris dapat memberi dampak positif bagi negara lain yang tengah bernegosiasi, termasuk Indonesia. AS dan China menyepakati penurunan tarif perdagangan selama 90 hari.

AS memangkas tarif impor dari 145 persen menjadi 30 persen, sementara China menurunkannya dari 125 persen ke 10 persen. Negosiasi dengan Inggris juga berakhir dengan kesepakatan baru pada Kamis (8/5/2025) waktu setempat. Perjanjian itu mencakup perluasan akses pasar AS di Inggris dan prosedur bea-cukai yang lebih efisien.

Airlangga menyebut kesepakatan itu bisa jadi contoh yang mempermudah negara lain dalam menjalin kerja sama dagang dengan AS.

“Kita menyambut baik hasil pembahasan dengan Inggris dan China. Ini bisa memudahkan langkah negara-negara lain,” ujar Airlangga di kantornya, Jakarta, Jumat (16/5/2025), dikutip dari Kompas.

Sementara itu, negosiasi antara AS dan Indonesia masih berlangsung. Tenggat waktu pembahasan ditetapkan 60 hari sejak pertengahan April. Indonesia telah menyampaikan sejumlah tawaran, termasuk peningkatan impor barang dari AS.

Saat ditanya soal perkembangan, Airlangga mengatakan proses masih berjalan. “Tim teknis sudah bertukar informasi. Prosesnya kita ikuti saja,” katanya.

Ia enggan membeberkan isi tawaran dari kedua belah pihak. Menurutnya, dinamika pembahasan masih berlangsung dan tiap poin masih bisa berubah tergantung kebutuhan dan kesepakatan bersama.

“Masih dalam tahap pembicaraan. Jadi kita tunggu saja. Ada kesamaan, ada perbedaan, itu biasa,” ucapnya.

Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan tarif resiprokal AS yang saat ini mencapai 32 persen. Selama masa penundaan 90 hari, Indonesia dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen.

Airlangga sebelumnya telah bertemu dengan United States Trade Representative (USTR) dan Menteri Perdagangan AS pada 17 April. Dalam pertemuan itu, Indonesia menyampaikan proposal sebagai tanggapan atas kebijakan tarif resiprokal era Presiden Trump.

Kedua pihak sepakat memulai perundingan dua pekan setelah pertemuan. Tim teknis dari masing-masing negara ditargetkan menuntaskan pembahasan sebelum batas waktu 90 hari berakhir. {}