Berita Golkar – Momen Hari Raya Idul Fitri diproyeksikan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan perputaran uang yang besar, sektor pariwisata dan perdagangan menjadi dua pilar utama yang diandalkan Pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan meningkatkan aktivitas ekonomi.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pada musim mudik dan liburan tahun ini, diprediksi ada 122,1 juta perjalanan wisatawan yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Untuk itu, kami siapkan berbagai insentif. Mulai dari diskon tiket pesawat, diskon tarif tol 20 persen untuk perjalanan jarak jauh, hingga percepatan program kendaraan bermotor listrik dengan bantuan Pemerintah Rp 7 juta per unit,” kata Airlangga di Jakarta, Minggu (16/3/2025), dikutip dari RakyatMerdeka.
Selain itu, Tunjangan Hari Raya (THR) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pensiunan juga telah disalurkan sejak dua minggu sebelum Lebaran. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat segera membelanjakan uang mereka, sehingga roda perekonomian terus bergerak.
Dukungan terhadap perdagangan juga diperkuat dengan peluncuran berbagai program belanja nasional. Salah satunya Friday Mubarak, yang berlangsung pada 28 Februari – 28 Maret 2025 dengan target transaksi Rp 75-77 triliun.
Kemudian, ada program BINALebaran pada 14 – 30 Maret 2025 dengan target transaksi Rp 30 triliun, serta kampanye belanja online Ramadan di seluruh e-commerce.
“Selain menyiapkan berbagai kebijakan untuk mendorong ekonomi, Pemerintah juga terus memantau dinamika global. Termasuk kebijakan ekonomi baru di Amerika Serikat yang berpotensi mempengaruhi perdagangan Indonesia,” ujar Airlangga.
Dia menegaskan, meski ada tantangan ekonomi global, Indonesia tetap berada dalam posisi yang baik berkat fondasi ekonomi yang kuat, diversifikasi mitra dagang dan hilirisasi industri.
Menteri Pariwisat Widiyanti Putri Wardhana optimistis sektor pariwisata akan menjadi salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi selama Lebaran 2025.
Dia memperkirakan perputaran ekonomi di sektor ini akan mencapai Rp 375,32 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp 276,11 triliun.
“Perputaran uang yang besar ini didorong oleh tingginya mobilitas masyarakat selama libur Lebaran. Tahun ini diperkirakan ada sekitar 146 juta orang yang melakukan perjalanan, baik untuk mudik maupun berwisata,” kata Widiyanti dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/3/2025).
Jika dihitung, rata-rata pengeluaran wisatawan Nusantara selama perjalanan mencapai Rp 2,57 juta per orang. Untuk memaksimalkan potensi ini, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) meluncurkan berbagai kampanye promosi, seperti #mudikyuk dan #MudikLebarandiJakartaAja.
Menurutnya, #mudikyuk mendorong masyarakat mengeksplorasi berbagai destinasi wisata sepanjang jalur mudik atau di sekitar kampung halaman mereka. Sedangkan #MudikLebarandiJakartaAja mengajak masyarakat untuk menikmati atraksi wisata di Jakarta bagi mereka yang tidak mudik.
Sebagai bagian dari upaya menarik wisatawan, berbagai acara akan digelar di berbagai daerah. Misalnya, Ramadan Festival dan Festival Rafiq-Rafiq di Aceh, yang merupakan bagian dari program Karisma Event Nusantara.
Untuk mengantisipasi lonjakan wisatawan, Kemenpar juga telah mengeluarkan surat edaran kepada Pemerintah Daerah, asosiasi dan pelaku usaha, agar memastikan pelayanan prima serta keamanan bagi para wisatawan.
“Kami mengimbau seluruh pihak memberikan layanan terbaik kepada wisatawan, memastikan keamanan, serta menjaga kenyamanan mereka selama berlibur,” kata Widiyanti.
Selain pariwisata, sektor perdagangan dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga diperkirakan akan mendapat manfaat besar dari meningkatnya aktivitas ekonomi selama Lebaran.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, peningkatan belanja masyarakat di daerah tujuan mudik akan memberikan dampak besar terhadap perekonomian lokal.
“Masyarakat yang mudik biasanya membeli oleh-oleh khas daerah, baik makanan, minuman, maupun produk kerajinan. Ini akan meningkatkan transaksi di sektor UMKM dan perdagangan lokal,” kata Nailul kepada Rakyat Merdeka, Jumat (21/3/2025).
Menurutnya, aktivitas ekonomi di daerah tidak hanya bergantung pada kota-kota besar, tetapi juga merata hingga ke pedesaan.
Lonjakan konsumsi selama Ramadan dan Lebaran selalu menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi triwulanan.
“Secara siklus, pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang bertepatan dengan Ramadan dan Lebaran selalu lebih tinggi dibandingkan triwulan lain. Ditambah adanya THR, daya beli masyarakat meningkat, sehingga aktivitas konsumsi pun lebih besar,” jelasnya.
Dengan berbagai faktor tersebut, Nailul memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2025 akan lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2024 yang sebesar 5,02 persen.
“Namun, tidak akan melebihi triwulan I-2024 yang tumbuh 5,11 persen. Saya perkirakan akan berada di angka 5,09 persen,” katanya.
Dengan berbagai program yang telah disiapkan, momentum Lebaran 2025 dipastikan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, dengan sektor pariwisata dan perdagangan sebagai tulang punggungnya. {}