Berita Golkar – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 204 terjadi deflasi sebesar 0,12% secara month to month (mom). Dengan begitu, Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan beruntun sejak Mei 2024.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa deflasi selama lima bulan beruntun ini bukan menandakan pelemahan daya beli masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi inti Indonesia masih tercatat sebesar 0,16% secara bulanan alias month to month (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,10%.
“Kalau core inflation itu yang menentukan deflasi atau tidak deflasi. Kalau dari segi ini, bukan deflasi (yang disebabkan pelemahan daya beli),” ujar Airlangga kepada wartawan di Kantor Kemenko Perekonomian, dikutip dari Kontan, Selasa (1/10/2024).
Airlangga menyebut, penyebab deflasi ini dikarenakan kinerja sukses yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) dalam mengendalikan harga.
“Yang turun adalah volatile food, itu yang dikerjakan oleh TPIP TPID. Kenapa volatile food dikejar? Karena kalau harga pangan terjangkau daya beli akan meningkat,” terang eks Ketua Umum Partai Golkar ini.
Sebelumnya, BPS mencatat pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan atau month to month (mtm). Deflasi ini lebih tinggi bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,03% mtm.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebut deflasi telah terjadi lima bulan beruntun sejak Mei 2024. Ia membeberkan, faktor utama penyebab deflasi secara beruntun ini karena adanya penurunan harga, baik dari sisi penawaran maupun dari sisi pasokan.
“Andil deflasi utamanya disumbang penurunan harga pangan seperti produk tanaman pangan, hortikultura, terutama yang memberikan andil cabai merah rawit dan tomat Kemudian ada yang turun daun bawang kentang dan wortel,” kata Amalia.
Disamping itu, harga dari produk peternakan ayam seperti daging ayam ras dan telur ayam ras juga mengalami penurunan dari sebelumnya meningkat. {}