Berita Golkar – Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa penguatan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) harus diarahkan untuk membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat dan industri. Pesan itu ia sampaikan melalui akun Instagram pribadinya, bertepatan dengan agenda Keynote Speech pada Indonesia AI Day for Financial Industry 2025 di Jakarta.
Dalam pernyataan melalui akun instagramnya @airlanggahartarto_official, Airlangga mengingatkan bahwa perkembangan AI global saat ini masih terkonsentrasi di tangan segelintir pemain besar. Kondisi tersebut, menurutnya, berpotensi memperlebar kesenjangan teknologi jika tidak diantisipasi sejak dini. “Sebagai negara besar, Indonesia harus memastikan bahwa AI bukan hanya alat ekonomi, tetapi juga instrumen pemerataan,” ujarnya dalam unggahan tersebut.
Karena itu, pemerintah sedang merampungkan Peta Jalan Nasional AI yang berfungsi sebagai landasan percepatan transformasi digital yang lebih inklusif. Airlangga menyebut arah kebijakan nasional selaras dengan pandangan World Bank melalui empat pilar utama yakni connectivity, compute, context, dan competency. Keempat pilar ini menjadi fondasi agar AI bukan sekadar tren, tetapi menjadi penopang daya saing ekonomi jangka panjang.
Di tingkat infrastruktur, pemerintah terus menggenjot pembangunan jaringan fiber optik, BTS, dan teknologi 4G–6G sebagai tulang punggung connectivity. Di sisi compute, Indonesia mempercepat kemandirian pusat data nasional dan mendorong industri untuk meningkatkan kapasitas komputasi dalam negeri.
Di saat yang sama, struktur regulasi dan ekosistem inovasi, pilar context dirancang agar membuka ruang bagi riset, kolaborasi, serta insentif teknologi. Adapun penguatan competency ditempuh melalui perluasan pelatihan dan program magang digital bagi ribuan talenta muda lewat kerja sama dengan perusahaan teknologi global.
Airlangga juga menyoroti percepatan pengembangan model AI lokal seperti Sahabat-AI yang diharapkan mampu menghadirkan solusi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Ia mendorong sektor keuangan untuk tidak hanya fokus pada big AI, tetapi juga memperluas penerapan Small AI sebagai teknologi terapan untuk layanan perbankan digital, pembiayaan mikro, hingga UMKM.
Hasil transformasi digital yang inklusif, menurut Airlangga, dapat dilihat dari perkembangan pesat QRIS. Hingga Juni 2025, transaksi QRIS tumbuh 148% (yoy) dan telah digunakan oleh 39 juta merchant serta 58 juta pengguna, termasuk di luar negeri. Angka ini menjadi bukti bahwa teknologi yang mudah diakses memberikan dampak nyata bagi inklusi keuangan nasional.
Airlangga menutup pernyataannya dengan penegasan bahwa perjalanan AI Indonesia tidak boleh hanya bertumpu pada kecanggihan. “Transformasi AI harus memastikan teknologi tidak hanya modern, tetapi juga adil, terbuka, dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia,” disampaikan Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2017-2024 ini.
Pernyataan Airlangga ini memperkuat komitmen pemerintah menjadikan AI sebagai motor pertumbuhan yang merata bukan hanya untuk industri besar, tetapi juga bagi keluarga, pelaku UMKM, hingga tenaga muda yang sedang mempersiapkan diri memasuki ekonomi baru berbasis digital.













