Airlangga Hartarto Serap Masukan Pengusaha AS, Perjanjian Perdagangan RI–AS Masuk Tahap Final

Berita GolkarDi tengah upaya finalisasi perundingan perdagangan resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat, pemerintah Indonesia terus membuka ruang dialog langsung dengan pelaku usaha global. Keseriusan itu ditunjukkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melalui pertemuan strategis dengan United States–ASEAN Business Council (USABC) di Washington DC, Amerika Serikat, pada 22 Desember 2025.

Pertemuan yang digelar di sela-sela kunjungan kerja Airlangga ke AS tersebut menjadi forum penting bagi pemerintah untuk menyerap langsung pandangan dan masukan dunia usaha Amerika terkait dinamika perundingan Agreements on Reciprocal Trade (ART) RI–AS. Dialog ini sekaligus menegaskan komitmen Indonesia dalam memperbaiki iklim investasi dan memperkuat kepercayaan investor asing terhadap stabilitas kebijakan ekonomi nasional.

Dalam kesempatan itu, Airlangga menyampaikan perkembangan signifikan hasil perundingan dengan United States Trade Representative (USTR) yang dilakukan pada hari yang sama. Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat, kata Airlangga, telah mencapai kesepahaman atas isu-isu utama maupun teknis yang menjadi substansi ART.

“Hasil pertemuan dengan USTR telah menyepakati isu-isu utama dan isu teknis yang menjadi substansi dalam dokumen ART. Karena itu dokumen ART akan ditandatangani oleh Presiden Prabowo dan Presiden Trump sebelum akhir Januari 2026,” tegas Menko Airlangga.

Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2017-2024 ini menjelaskan, dalam perundingan tersebut Indonesia menyatakan komitmennya untuk membuka akses pasar bagi produk-produk Amerika Serikat, menyelesaikan hambatan non-tarif, serta memperluas kerja sama di sektor perdagangan digital, teknologi, keamanan nasional, dan kemitraan komersial.

Sebagai imbal balik, Amerika Serikat menyatakan kesediaan memberikan pengecualian tarif bagi sejumlah produk ekspor unggulan Indonesia yang tidak diproduksi di AS, seperti minyak kelapa sawit, kakao, kopi, teh, dan komoditas lainnya.

Capaian perundingan ini disambut positif oleh perusahaan-perusahaan Amerika yang telah berinvestasi maupun menjalankan usaha di Indonesia. ART dinilai sebagai sinyal kuat keseriusan pemerintah dalam menjaga iklim investasi yang kompetitif dan berkelanjutan, sekaligus memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha.

Dalam dialog bersama USABC, Airlangga juga memaparkan langkah-langkah konkret pemerintah dalam merespons berbagai kendala investasi, mulai dari deregulasi, penyesuaian aturan devisa hasil ekspor, hingga penguatan koordinasi lintas kementerian dan lembaga.

“Telah dibentuk Satgas Debottlenecking yang secara khusus ditujukan untuk menyelesaikan semua hambatan yang dialami dunia usaha di Indonesia,” jelas Menko Airlangga.

Selain membahas isu perdagangan, pertemuan tersebut turut mengulas peluang kerja sama dan investasi perusahaan Amerika Serikat di berbagai sektor strategis, seperti alat kesehatan, keuangan digital, industri makanan dan minuman, serta alutsista. Sejumlah perusahaan besar seperti GE Healthcare, Chubb, Visa, PepsiCo, dan Lockheed Martin menyatakan minat untuk memperluas kerja sama dengan Indonesia.

Di penghujung pertemuan, perwakilan USABC menegaskan komitmennya untuk terus berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia, baik dalam penyelesaian persoalan investasi di lapangan maupun dalam mengawal implementasi hasil perundingan ART RI–AS ke depan.

Pertemuan ini turut dihadiri Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Dwisuryo Indroyono Soesilo, Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi, Staf Khusus Kemenko Perekonomian Rizal Mallarangeng, serta Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Bilateral Kemenko Perekonomian Irwan Sinaga.

Leave a Reply