Airlangga Hartarto Soal Fenomena Kelas Menengah RI Turun Kelas: Kita Lihat Dulu Datanya!

Berita Golkar – Fenomena kelas menengah di Indonesia yang mulai banyak turun kelas mendapat perhatian dari pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah akan mencermati terlebih dahulu data riil kondisi kelas menengah di Indonesia. “Ya tentu kita lihat dulu datanya,” kata Airlangga saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (24/7/2024).

Meski begitu, Airlangga mengatakan, bila merujuk data berdasarkan wilayah, untuk kota tertentu masih banyak jumlah kelas menengah nya. Sebab pendapatan per kapita nya sudah mencapai batas US$ 21.000. “Kalau di Jakarta kan kelihatan kelas menengah semua tuh. Pendapatan per kapita di Jakarta sudah US$ 21.000 tuh rata-rata,” ujarnya.

Selain itu, beberapa kota lain, seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir di provinsi Palembang sudah memiliki pendapatan per kapita mencapai US$ 10.000, termasuk di provinsi Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara.

“Kita kan melihat berbagai daerah Indonesia ada yang pendapatannya tinggi, seperti Jakarta, Kaltim, Kaltara, sebagian Sumsel, ya itu harus kita ratakan pertumbuhannya,” ucap Airlangga.

Untuk memperluas pemerataan pendapatan per kapita yang tinggi, sehingga masyarakat kelas menengah tidak turun kelas, ia menekankan akan mendorong geliat bisnis sejumlah sektor usaha. “Ya tentu ekonomi sektornya harus didorong, terutama untuk UMKM, kemudian sektor jasa harus didorong,” tutur Airlangga.

Ekonom senior yang juga merupakan mantan Menteri Keuangan era 2013-2014 Chatib Basri sebelumnya mengungkapkan jumlah, kelas menengah di Indonesia sudah terus merosot sejak 2019.

Menggunakan acuan data Bank Dunia, Chatib mengungkapkan pada 2018, kelas menengah sebesar 23% dari jumlah penduduk sedangkan 2019 tersisa 21% seiring membengkaknya kelompok kelas menengah rentan atau aspiring middle class (AMC) dari 47% menjadi 48%.

“Kecenderungan ini terus terjadi. Tahun 2023, kelas menengah turun menjadi 17%, AMC naik menjadi 49%, kelompok rentan meningkat menjadi 23%. Artinya sejak 2019, sebagian dari kelas menengah “turun kelas” menjadi AMC dan AMC turun menjadi kelompok rentan,” tegas Chatib.

Dengan garis kemiskinan tahun 2024 sekitar Rp 550.000, Chatib mengatakan, mereka dengan pengeluaran Rp 1,9 juta-Rp 9,3 juta per bulan masuk kategori kelas menengah.

Sementara itu, AMC adalah kelompok pengeluaran 1,5-3,5 kali di atas garis kemiskinan atau Rp 825.000-Rp 1,9 juta. Adapun rentan miskin, kelompok pengeluaran 1-1,5 kali di atas garis kemiskinan atau Rp 550.000-Rp 825.000 per bulan. {sumber}