Airlangga Hartarto Targetkan RI Dapat Tarif Dagang AS Lebih Rendah Dari Vietnam

Berita Golkar – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berharap tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) ke Indonesia lebih rendah dibanding Vietnam. Vietnam telah mencapai kesepakatan tarif dengan AS.

Produk asal Vietnam dikenai tarif 20 persen, sementara barang dari negara lain yang masuk lewat Vietnam dikenai tarif 40 persen. Indonesia masih bernegosiasi. Tarif resiprokal yang dikenakan saat ini sebesar 32 persen dan belum ada kesepakatan resmi.

“Kalau Vietnam kan (dikenai tarif) 20-40 persen. Tentu kita berharap lebih baik dari itu,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (3/7/2025), dikutip dari Kompas.

Ia menjelaskan, Indonesia menawarkan kerja sama perdagangan dan investasi senilai 34 miliar dollar AS atau sekitar Rp 550 triliun (kurs Rp 16.195 per dollar AS). Nilai itu melebihi defisit perdagangan AS terhadap Indonesia yang mencapai 19 miliar dollar AS.

“Jadi kita trade defisit Amerika terhadap Indonesia 19 miliar dollar AS, tetapi yang kita offer pembelian kepada mereka itu jumlahnya melebihi, yaitu 34 miliar dollar AS,” ujarnya.

Menurut Airlangga, hanya tiga negara yang sudah mencapai kesepakatan dengan AS, yakni Inggris, Vietnam, dan China. Kesepakatan dengan China masih bersifat sementara. “(Negara) yang belum itu lebih dari 100 negara. Yang sudah deal baru Inggris, China, dan Vietnam. China pun masih berlaku sementara 90 hari,” ucapnya.

Delegasi Indonesia saat ini berada di Washington, D.C. Mereka bergabung dengan delegasi negara lain seperti India, Jepang, Uni Eropa, Vietnam, dan Malaysia. Airlangga menyebut Indonesia serius merespons kebijakan tarif yang diberlakukan Presiden Donald Trump. Proposal kerja sama sudah dikirim secara tertulis ke US Trade Representative (USTR), US Secretary of Commerce, dan US Secretary of the Treasury.

“Ini menunjukkan bahwa Indonesia Incorporated, antara pemerintah, regulator, BUMN dan swasta, ini bersama-sama untuk merespons terkait dengan adanya pengenaan tarif resiprokal,” katanya.

Sebagai informasi, Trump sebelumnya menurunkan tarif resiprokal terhadap Vietnam dari 40 persen menjadi 20 persen. Produk dari negara ketiga yang masuk melalui Vietnam tetap dikenai tarif tinggi, yakni 40 persen. Praktik tersebut dikenal sebagai trans-shipment, strategi yang digunakan eksportir untuk menghindari hambatan dagang.

China disebut sebagai salah satu negara yang menggunakan Vietnam sebagai hub trans-shipment. Tenggat negosiasi tarif berakhir pada 9 Juli 2025, bertepatan dengan 90 hari penundaan tarif yang diumumkan Trump untuk negara-negara mitra dagang. {}