Berita Golkar – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai kenaikan inflasi inti bukan hal yang mengkhawatirkan. Inflasi inti tercatat 2,36 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan 0,30 persen secara bulanan (month to month/mtm).
“Enggak apa-apa, karena inflasi inti meningkat itu menunjukkan adanya pertumbuhan. Pertumbuhan dari konsumsi masyarakat. Jadi core inflation naik itu positif,” kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (7/2/2025), dikutip dari Kompas.
Sebagai informasi, inflasi inti adalah kecenderungan kenaikan biaya-biaya dari penggunaan faktor- faktor produksi, baik tenaga kerja maupun modal.
Menurut dia, penurunan inflasi komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) menjadi tanda bahwa kenaikan inflasi inti lebih mencerminkan aktivitas ekonomi yang sehat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi inti pada Januari 2025 naik dari indeks 103,23 pada Januari 2024 menjadi 105,67. Secara bulanan, inflasi inti meningkat 0,30 persen.
Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi 6,41 persen secara tahunan dan 7,38 persen secara bulanan.
Indeks Keyakinan Konsumen Masih Kuat
Meski tingkat konsumsi belum melampaui pertumbuhan ekonomi, Airlangga menilai kondisi ini masih terkendali. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tetap tinggi. “Ya enggak apa-apa. Kan kita punya indeks keyakinan konsumen yang masih di atas 120,” katanya.
Bank Indonesia (BI) mencatat IKK berada di level 121,1 pada Januari 2025. Secara keseluruhan, inflasi nasional pada Januari 2025 tercatat 0,76 persen secara tahunan. Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 105,99.
Provinsi Papua Pegunungan mencatat inflasi tertinggi sebesar 4,55 persen. Sulawesi Tengah mencatat inflasi terendah sebesar 0,02 persen.
Beberapa kelompok pengeluaran mengalami kenaikan signifikan:
– Makanan, minuman, dan tembakau naik 3,69 persen
– Perawatan pribadi dan jasa lainnya naik 7,27 persen
– Penyediaan makanan dan minuman/restoran naik 2,47 persen
Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami penurunan indeks sebesar 8,75 persen. {}