Airlangga Hartarto Ungkap Penyebab Jarang Munculnya Startup Baru di RI

Berita Golkar – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tidak menampik terjadi tren penurunan jumlah startup atau perusahaan rintisan baru.

Airlangga menilai kini tren bisnis mengarah ke Business-to-Business (B2B) bukan Business-to-Customer (B2C). Tren tersebut secara tidak langsung memengaruhi jumlah kemunculan startup baru.

“Kalau kita lihat kan banyak mengembangkan di dalam korporasi-korporasi. Jadi kita lihat saja, ini kan natural,” ujar Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (20/12/2024), dikutip dari Bisnis.

B2B sendiri merujuk kepada model bisnis yang menyediakan produk atau layanan untuk perusahaan lain, organisasi, atau institusi. Sementara itu, B2C merupakan model bisnis yang menyediakan produk atau layanan langsung kepada konsumen individu.

Kendati demikian, Airlangga menyatakan pemerintah akan tetap mendorong peningkatan jumlah startup. Sementara itu, pengembangan startup unicorn alias perusahaan rintisan yang memiliki valuasi mencapai US$1 miliar atau lebih bukan yang utama.

“Yang paling penting itu startup kita dorong supaya meningkatkan. Kalau unicorn itu salah satu target, bukan target utama,” katanya.

Sebelumnya, Asisten Deputi Direktur Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian Danang Sri Wibowo menjelaskan pihaknya sudah menerapkan target pengembangan digital hingga 2045. Salah satu indikatornya yaitu iklim bisnis ekonomi digital.

Pada 2030, ditarget terdapat 23 startup unicorn. Lalu, pemerintah menargetkan kontribusi ekonomi mencapai 11,1%—13,4% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sebagai perbandingan, pada 2022 kontribusi ekonomi digital ‘hanya’ mencapai 7,6%—8,7%.

Pada 2045, target semakin tinggi, diharapkan ada 61 startup unicorn dengan kontribusi ekonomi digital mencapai 17,4%—20,2% terhadap PDB. Saat ini, Danang mengungkapkan Indonesia mempunyai 2.651 startup—terbanyak keenam di dunia, 15 unicorn, dan 2 decacorn (GoTo dan J&T).

“Ini [perusahaan-perusahaan rintisan] sebetulnya ikut menjadi landasan bagaimana kita menjadi satu negara yang maju dalam mewujudkan ekonomi digital sebagai penopang perekonomian nasional,” jelas Danang dalam acara Sosialisasi Penyampaian Data dan Informasi PMSE di kawasan Jakarta Utara, Selasa (10/12/2024).

Sementara itu, laporan Outlook Ekonomi Digital 2025 yang dirilis Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan kecenderungan penurunan jumlah permodalan ke startup di Indonesia. Laporan tersebut menunjukkan data perkembangan investasi startup digital di Indonesia dari tahun 2014 hingga 2023 dominasi perusahaan modal ventura dalam pendanaan sektor ini.

Investasi modal ventura mencapai puncaknya pada 2021 dengan nilai mencapai Rp140,5 triliun. Hanya, pada 2022 dan 2023, terjadi penurunan investasi mencapai 66% pada tahun 2023, yang dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global dan selektivitas investor yang lebih tinggi terhadap startup. {}