Berita Golkar – Ekspor Indonesia ke Uni Emirat Arab (UEA), termasuk kelapa sawit, bisa meroket berkat perjanjian dagang Indonesia-UEA Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
Perjanjian CEPA antara RI dan UEA sudah mulai diimplementasi pada 1 September 2023. Indonesia-UEA CEPA akan memberikan pembebasan dan pengurangan tarif bea masuk secara bertahap untuk 94% pos tarif yang ada.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, terimplementasinya CEPA menjadi bagian penting dari kerja sama ekonomi Indonesia-UEA. “CEPA diperkirakan bisa meningkatkan ekspor Indonesia ke UEA sebesar US$ 4 miliar. Impor dari UEA (ke Indonesia) juga bisa naik sekitar US$ 4 miliar,” jelas Airlangga saat menghadiri acara Hari Nasional UEA di Jakarta, Jumat malam (24/11/2023).
Sebagai informasi, negosiasi Indonesia-UEA CEPA selesai dalam waktu 9 bulan. Ini dapat dikatakan cukup cepat, apabila dibandingkan dengan perjanjian perdagangan bebas lainnya. Adapun kelapa sawit merupakan salah satu dari komoditas yang termasuk dalam perjanjian ini.
Berdasarkan data Observatory of the Economic Complexity (OEC), ekspor kelapa sawit RI ke UEA mencapai US$ 241 juta pada 2021. Ini menjadikan kelapa sawit sebagai komoditas ekspor RI kedua terbesar untuk tujuan UEA. Posisi pertama dipegang oleh ekspor perhiasan (US$ 345 juta).
“Indonesia-UEA CEPA mencerminkan keinginan kedua negara untuk mempererat hubungan demi masa depan yang berkelanjutan, serta melanjutkan peningkatan perdagangan bilateral,” kata Duta Besar UEA untuk Indonesia Abdulla Salem Al Dhaheri.
Pemerintah mencatat UEA adalah mitra dagang Indonesia kedua terbesar di kawasan Timur Tengah. Adapun data Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukkan perdagangan bilateral Indonesia-UEA meningkat dari US$ 4 miliar pada 2021 menjadi US$ 5,1 miliar pada tahun berikutnya. Perdagangan Indonesia-UEA telah mencapai US$ 3,6 miliar pada Januari-September 2023.
Adapun neraca perdagangan Indonesia-UEA terpantau defisit US$ 463,3 juta pada tahun lalu. Namun, pada Januari-September 2023, surplus US$ 213,8 juta.
UEA adalah mitra dagang Indonesia kedua terbesar di Timur Tengah pada tahun lalu. Negara tersebut juga kini semakin tertarik untuk berinvestasi di Indonesia di bidang energi terbarukan. Sebut saja, proyek pembangkit tenaga listrik (PLTS) terapung Cirata yang melibatkan perusahaan energi terbarukan asal UEA, Masdar.
Sebagai informasi, proyek Cirata merupakan PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara. PLTS terapung ini memiliki kapasitas 145-megawatt (Mwac) (192 megawatt-peak). Tak hanya itu, Masdar juga menanamkan investasi di Pertamina Geothermal Energy. Masdar menilai Indonesia adalah pasar geotermal terbesar kedua di dunia.
“Kalau kita lihat, perkembangannya bagus dari jumlah neraca perdagangan antara Indonesia dengan UAE itu meningkat. Tapi yang lebih penting adalah investasi. Karena kalau kita lihat, investasi khususnya di sektor energi, baik itu secara langsung seperti proyek Cirata atau secara portOfolio masuk ke dalam lewat Pertamina Geothermal Energy. Ini juga merupakan bagian dari dua negara melakukan kemitraan di bidang ekonomi, baik dari sisi perdagangan maupun investasi,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury kepada wartawan. {sumber}