Berita Golkar – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, sejak ditetapkan pada 2019 realisasi investasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal telah mencapai Rp55 triliun. KEK Kendal juga telah menyerap tenaga kerja lebih dari 49.000 orang serta menggandeng 105 pelaku usaha untuk berinvestasi di kawasan tersebut.
“Bersama dengan kawasan lainnya di Pantai Utara Jawa, KEK Kendal telah menjadi bagian dari infrastruktur utama ekonomi di Pulau Jawa, yang secara spasial turut berperan sebanyak 57 persen dari perekonomian nasional,” kata Airlangga saat peresmian pabrik anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material, di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, dipantau secara daring dari Jakarta, Rabu.
Airlangga menjelaskan, kawasan Pantai Utara Jawa merupakan kawasan yang strategis dengan populasi penduduk sekitar 50 juta jiwa dan mampu memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional mencapai sekitar 20,7 persen. Selain itu, ia juga melaporkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) capaian KEK secara keseluruhan.
Pemerintah telah membangun total 22 KEK yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Hingga semester I-2024, nilai investasi 22 KEK tercatat sebesar Rp205,2 triliun. “Sampai semester pertama tahun ini investasinya Rp205,2 triliun, serapan tenaga kerjanya 132.227 orang,” katanya pula.
Adapun hari ini, Presiden Jokowi beserta rombongan menteri meresmikan pabrik bahan anoda baterai litium di KEK Kabupaten Kendal yang diharapkan memperkuat ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di tanah air.
“Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim pada pagi hari ini saya resmikan pabrik anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material, di Kabupaten Kendal di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia,” kata Presiden Jokowi.
Kepala Negara itu menghargai kecepatan pembangunan pabrik tahap pertama di KEK Kendal tersebut dalam waktu 10 bulan pasca penandatanganan perjanjian kerja sama di Beijing, China, Oktober 2023 lalu.
Presiden mengungkapkan bahwa untuk bahan anoda baterai tersebut memang sebagian masih diimpor berupa natural graphite. Sedangkan untuk artificial graphite diambil dari Kilang Pertamina.
“Pabrik bahan anoda baterai ini, ini sebagian memang barangnya kita impor yang untuk natural graphite diimpor dari Afrika. Untuk yang artificial graphite diambil dari Kilang Pertamina di Riau untuk dijadikan bahan anoda baterai,” ujar Presiden pula. Sementara untuk litium, kata Presiden lagi, Indonesia juga masih mengimpor dari Australia. {sumber}