Berita Golkar – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas untuk menanamkan investasi di sektor hilir, khususnya pembangunan pabrik metanol.
“Terkait hilirisasi, harus dilakukan. Saya minta bantuan dari Bapak Ibu, terutama dari Pertamina. Kita sekarang membutuhkan kurang lebih 2,6 juta ton metanol per tahun, sementara kapasitas produksi kita hanya 300.000 sampai 400.000 ton,” ujar Bahlil di Jakarta, dikutip Senin (27/10/2025) dari Kontan.
Menurut Bahlil, pihaknya akan mendorong pengembang migas yang memiliki pasokan gas untuk membangun fasilitas produksi metanol di dalam negeri. Selain metanol, pemerintah juga tengah memacu proyek amonia biru bersama BP di Teluk Bintuni serta proyek-proyek hilirisasi lain yang berkaitan dengan bahan baku pupuk dan energi.
Dalam catatan Kontan, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menyebut pembangunan pabrik metanol senilai US$ 1 miliar–US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 19 triliun ditargetkan rampung pada akhir 2027. Proyek ini berlokasi di Bojonegoro, Jawa Timur, dan menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pembangunan pabrik ini dinilai krusial untuk mendukung program energi hijau nasional, terutama menjelang penerapan mandatori biodiesel B50 pada 2026. Pasalnya, metanol merupakan bahan penting dalam proses pembuatan Fatty Acids Methyl Esters (FAME) yang menjadi bahan baku utama biodiesel.
“Implementasi B50 tahun 2026, ketersediaan metanol dalam negeri kan relatif terbatas, jadi dari kebutuhan sekitar 2,3 juta (ton) kita produksi dalam negeri baru sekitar 300 ribu (ton),” tambah dia. {}













