Berita Golkar – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo, mendorong generasi muda untuk bersikap kritis, sabar, konsisten, berpikir visioner, serta memiliki kreativitas dan imajinasi yang kuat.
Dengan demikian, generasi muda dapat mengikuti perkembangan teknologi yang pesat dan tidak ketinggalan dalam persaingan global yang terus berkembang.
“Banyak yang hanya melihat saya sekarang, tetapi tidak banyak yang tahu betapa sulitnya perjalanan saya untuk mencapai posisi ini. Saya mengalami banyak jatuh bangun dan masa-masa sulit, namun saya tetap teguh. Kuncinya adalah sabar, konsisten, berpikir kritis, dan berpandangan jauh ke depan, sehingga setiap rintangan dapat diatasi dengan baik,” kata Bamsoet saat menerima Atta Halilintar dalam program ‘Grebek Rumah’ di kediamannya di Jakarta pada Kamis (6/6).
Bamsoet, yang merupakan Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan, menjelaskan bahwa pencapaian karir politiknya, dari anggota DPR biasa, Sekretaris Fraksi Partai Golkar, Ketua Komisi III, hingga Ketua MPR, tidak lepas dari berbagai kegagalan yang pernah dialaminya. Menurutnya, kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan.
“Sebelum berhasil masuk ke Senayan, saya empat kali gagal mencalonkan diri sebagai anggota DPR. Baru pada pencalonan kelima saya terpilih sebagai anggota DPR RI. Saya mulai mencalonkan diri pada Pemilu 1992 dengan nomor urut 18, Pemilu 1997 dengan nomor urut 8, Pemilu 1999 dengan nomor urut 4, dan Pemilu 2004 dengan nomor urut 2, semuanya gagal. Akhirnya, pada Pemilu 2009 dengan nomor urut 1, saya berhasil menjadi anggota DPR RI dari Dapil Jawa Tengah VII yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen, dan Kabupaten Banjarnegara,” cerita Bamsoet.
Sebagai Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia, Bamsoet mengajak generasi muda untuk memanfaatkan bonus demografi. Indonesia saat ini berada dalam fase bonus demografi, di mana mayoritas penduduknya adalah usia produktif.
Puncak bonus demografi diperkirakan akan terjadi hingga tahun 2030, dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 285 juta hingga 300 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen atau sekitar 199,5 juta hingga 210 juta jiwa adalah kelompok usia produktif.
“Beberapa negara gagal memanfaatkan bonus demografi, seperti Brazil dan Afrika Selatan, karena masalah internal dan pemerintah yang tidak mendorong kreativitas anak mudanya. Sebaliknya, Korea Selatan dan Tiongkok berhasil memanfaatkan peluang bonus demografi mereka. Indonesia harus mampu memanfaatkan bonus demografi dengan mendorong anak muda untuk kreatif dan inovatif demi kemajuan bangsa,” tutup Bamsoet. {sumber}