Blok Masela Masuki Tahap FEED, Beniyanto Tamoreka: Multiplier Effect Nyata bagi Indonesia Timur

Berita Golkar – Anggota Komisi XII DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Beniyanto Tamoreka menegaskan dimulainya tahap Front-End Engineering Design (FEED) Proyek Lapangan Abadi Blok Masela merupakan langkah strategis untuk mengoptimalkan peran sektor migas dalam perekonomian nasional.

Dengan nilai investasi mencapai USD 20,94 miliar, proyek ini ditargetkan menghasilkan 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 MMSCFD gas pipa, dan 35 ribu barel kondensat per hari.

Menurut Beniyanto, keberhasilan proyek Masela tidak semata-mata diukur dari skala produksi, tetapi juga dari kontribusinya terhadap penciptaan lapangan kerja dan pendapatan negara.

“Masela adalah proyek game changer. Selain potensi menyumbang penerimaan negara yang signifikan, proyek ini menyerap lebih dari 12 ribu tenaga kerja di fase konstruksi dan hampir 850 pekerja di fase operasional. Artinya, multiplier effect-nya nyata untuk mendorong ekonomi nasional sekaligus pemerataan pembangunan di wilayah timur Indonesia,” ujar Beniyanto di Jakarta, Jumat (29/8/2025), dikutip dari JPNN.

Kontribusi Fiskal & Transfer Teknologi

Beniyanto menambahkan dengan proyeksi produksi LNG dan gas pipa yang besar, Blok Masela berpotensi menjadi salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari sektor migas dalam dekade ini.

Dia menekankan pentingnya desain kebijakan fiskal yang memastikan negara memperoleh porsi optimal dari nilai tambah proyek, baik melalui penerimaan langsung maupun efek turunan di sektor industri.

“Investasi sebesar ini jangan hanya menguntungkan korporasi. Negara harus hadir melalui regulasi fiskal yang adil agar penerimaan dari pajak, bagi hasil, maupun domestic market obligation benar-benar optimal,” tegasnya.

Selain aspek ekonomi, Beniyanto menilai penerapan Carbon Capture & Storage (CCS) di Blok Masela adalah langkah maju yang akan menjadikan Indonesia sebagai pelopor migas berkelanjutan di kawasan.

Integrasi CCS akan memperkuat daya saing LNG Indonesia di pasar global, terutama di tengah tuntutan transisi energi. “Kalau Masela sukses dengan CCS, kita bukan hanya menghasilkan LNG, tapi juga reputasi global bahwa Indonesia mampu memproduksi energi bersih dengan nilai tambah tinggi,” katanya.

Jaga Kepastian Regulasi & Tata Kelola

Beniyanto menekankan bahwa agar kontribusi Masela terhadap APBN dan lapangan kerja optimal, kepastian regulasi menjadi faktor kunci.

Dia meminta pemerintah segera menyiapkan payung hukum yang jelas mengenai insentif CCS, skema fiskal migas serta monitoring manfaat ekonomi jangka panjang.

“Pemerintah harus menjamin proyek ini bukan sekadar seremonial. Masela harus jadi simbol bagaimana sektor migas bisa menciptakan lapangan kerja, memperkuat penerimaan negara, sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan,” pungkas Legislator asal daerah pemilihan Sulawesi Tengah itu. {}