Berita Golkar – Bupati Natuna Cen Sui Lan blakblakan menyampaikan berbagai keluhan dan persoalan masyarakat Natuna di perbatasan NKRI kepada pemerintah pusat. Hal itu disampaikan Cen Sui Lan pada saat rapat koordinasi Forum Sinkronisasi Pengawasan dan Penegakan Hukum di wilayah yurisdiksi Indonesia, di Ballroom Jelita Sejuba, Sepempang, Rabu pekan lalu.
Dalam rapat tersebut, Bupati Natuna Cen Sui Lan mengungkapkan kondisi sulit yang dialami nelayan tradisional Natuna akibat lemahnya perlindungan di laut, dan maraknya praktik ilegal fishing, khususnya oleh kapal asing asal Vietnam.
“Natuna itu 99 persen laut. Tapi yang kita jaga justru hanya daratannya, yang tidak sampai 1 persen. Sementara di laut, ratusan kapal asing bisa beroperasi hampir sepanjang tahun tanpa tersentuh,” ujar Cen Sui Lan dalam forum tersebut, dikutip dari SuaraSerumpun.
Cen Sui Lan juga menyoroti ketimpangan perlindungan dan perhatian dari pemerintah pusat terhadap wilayah Natuna sebagai kawasan perbatasan yang strategis. Bupati Natuna juga menyebutkan, dengan alat tangkap seadanya dan kapal kecil, nelayan lokal tak mampu bersaing.
“Natuna ini kaya, tapi masyarakatnya miskin. Saya sebagai bupati merasa sedih. Empat bulan menjabat, saya merasa belum bisa berbuat apa-apa,” ucapnya.
Bupati Natuna juga menyinggung soal regulasi yang tidak menurutnya tidak berpihak kepada daerah kepulauan. Aturan mengenai batas wilayah laut seperti 4 mil dan 12 mil dinilai menyulitkan daerah untuk mengelola potensi sumber daya laut mereka sendiri.
“Kalau pusat tidak mampu sendiri, kenapa tidak libatkan swasta? Kirimkan kapal-kapal besi agar nelayan kami bisa masuk ke laut lepas. Jangan hanya kapal dari luar yang diberi izin. Sementara nelayan lokal tak punya alat tangkap memadai,” ungkap Cen Sui Lan.
Bupati Natuna Cen Sui Lan menambahkan, keberhasilan menjaga kedaulatan tidak hanya diukur dari aspek pertahanan militer. Tetapi juga dari kesejahteraan masyarakat lokal. Oleh karena itu, Cen Sui Lan meminta pemerintah pusat untuk mendukung kemandirian dan perlindungan masyarakat Natuna. {}