Berita Golkar – Genap 100 hari Pemerintahan Prabowo-Gibran pada Selasa, lalu (28/1/2025). Kabinet Merah Putih telah menunjukkan kinerjanya untuk menyukseskan Asta Cita Prabowo-Gibran.
Yang menjadi sorotan masyarakat adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai senjata ampuh Presiden Prabowo seperti janji kampanyenya telah berjalan sejak kick off pada 6 Januari 2025 lalu. Realisasi program makan bergizi gratis pemerintahan Prabowo Subianto sudah mulai uji coba di 100 kabupaten/kota dari 38 provinsi.
Namanya masih uji coba, selain untuk membiasakan kerja besar berbiaya jumbo, dimaksudkan juga untuk memetakan problematika di lapangan.
Politisi Partai Golkar, Prof Dr Henry Indraguna SH MH menyebutkan bahwa pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) ini sungguh tidak mudah untuk dijalankan, membutuhkan effort dan energi seluruh penyelenggara negara demi untuk mengejar target bahwa anak-anak bangsa bisa menjadi generasi Emas 2045. Generasi unggul yang mampu bersaing dengan perubahan zaman bahkan menjadi kampiun bagi bangsa-bangsa lain di dunia, mengingat Indonesia bergerak menjadi negara maju dan keluar dari negara middle income trap.
Maka ketika Presiden Prabowo membuat Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai Lembaga Negara non Kementerian yang berdedikasi untuk pemenuhan gizi nasional, kata Prof Henry patut diapresiasi tinggi karena Prabowo-Gibran yang dipilih oleh pemilih sebanyak 96.214.691 suara sah telah melaksanakan tujuan negara sesuai perintah konstitusi yakni yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, butir ketiga: mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan memastikan gizi masyarakat.
“Pembentukan BGN menjadi cita-cita strategis bangsa ini yang bertugas melaksanakan pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Maka ketika mereka bekerja harus fokus kepada peningkatan kualitas hidup melalui intervensi yang terstruktur dan berbasis data,” ujar Prof Henry di Jakarta, Kamis (30/1/2025).
Prof Henry juga tak menyoal jika pelaksanaan Program MBG untuk saat sekarang ditangani dengan bantuan infrastruktur TNI. Menurutnya, pelaksanaan MBG dibantu oleh jajaran TNI hingga ke akar rumput adalah sebuah pemberdayaan prajurit yang sangat luar biasa. Sebab kesiapan lembaga yang harus mengelola juga masih belum pasti, maka TNI yang sudah berpengalaman dan teruji sangat layak untuk melaksanakan tugas mulia ini.
“Saya yakin Presiden Prabowo Subianto tidak mau berleha-leha dan tentu program andalannya itu dianggap retorika. Untuk itulah beliau tancap gas dan meminta TNI dilibatkan secara aktif untuk mendukung kesuksesan program nasional ini. Maka uji coba MBG di sebagian besar provinsi di bulan Januari 2025 ini untuk menegaskan bahwa Presiden berkomitmen memenuhi janji kampanyenya,” jelasnya.
Tekan Angka Stunting Secara Ekstrim
Prof Henry sangat sependapat bahwa program makan bergizi gratis ini harus menyasar usia sekolah yang tepat agar bisa berjalan dengan baik. Karena tujuan program ini untuk mengurangi angka stunting di Indonesia.
Dalam perencanaan, MBG menyasar anak sekolah atau peserta didik dan non peserta didik berdasarkan Perpres Nomor 83/2024. Untuk anak sekolah mulai jenjang PAUD hingga SMA. Untuk non peserta didik mencakup ibu hamil, balita, serta ibu menyusui.
Profesor dari Unissula Semarang ini juga menyoroti pentingnya indikator keberhasilan pelaksanaan MBG tersebut. Ia menyebutkan indikator utama adalah yang menjadi tujuan awal. “Dampak jangka panjang, harus ada perbaikan hasil belajar dan perbaikan gizi di tingkat PAUD saat anak tumbuh kembang,” katanya.
Untuk pelaksanaan uji coba berikutnya, Prof Henry mengusulkan agar dilaksanakan di wilayah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.
“Ini nanti ada hubungannya langsung antara daerah dan warga yang tidak mampu untuk mengakses makanan bergizi,” ungkap Fungsionaris Pusat Partai Golkar yang selalu merawat Dapil binaannya di Solo Raya, baik diminta maupun tidak diminta oleh DPP Golkar .
Prof Henry lalu mencontohkan pelaksanaan di negara lain. Dia menyebut pelaksanaan MBG di sekolah-sekolah sangat berdampak pada dunia pendidikan.
“Misal tingkat kehadiran di sekolah lebih tinggi karena antusiasme siswa berkumpul bersama dengan makan juga bersama-sama sehingga berdampak kepada asupan gizi tiap hari. Mengingat tidak semua beruntung mendapatkan kecukupan gizi. Selain itu, dengan MBG terlihat tingkat konsentrasi belajar anak-anak meningkat. Ini bisa dilihat karena mereka lebih banyak bertanya,” bebernya.
Dampak lain adalah saat jam istirahat, kasus bullying atau perundungan akan sangat berkurang.
“Dari catatan saya yang utama diperhatikan adalah tata kelola dan monitoring harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Harus dipastikan menu MBG sesuai pemenuhan gizi anak, balita, dan ibu hamil, harus dipastikan higienitas sesuai ketentuan Kemenkes dan BPOM, distribusi yang baik sesuai dengan peruntukan penerima manfaat, dan memastikan tidak ada kebocoran dalam Program MBG ini. Ini sangat penting karena menyangkut anggaran negara yang sangat besar. Bahkan negara harus mengetatkan pos anggaran lainnya demi suksesnya Program MBG ini,” urainya.
Seperti diketahui pelaksana MBG di sejumlah negara memang berbeda. Mayoritas dilaksanakan Kementerian Pendidikan. Kemudian Amerika Serikat pelaksananya adalah Kementerian Pertanian. Di India, Kementerian Pendidikan dan Kementerian Sosial. “Tujuannya tetap sama untuk memberi makanan bergizi kepada rakyatnya,” jelasnya.
Politisi Partai Golkar ini meyakini program makan bergizi gratis bisa berdampak secara jangka pendek dan jangka panjang. Hingga berdampak terhadap bidang akademik dan non akademik, serta dampak secara langsung maupun tidak langsung.
“Ini memang kompleks dan memang merupakan program yang harus dilakukan secara jangka panjang. Dan semuanya mau tidak mau harus mendukung dan menyukseskannya karena memiliki tujuan mulia bagi masa depan anak-anak Indonesia,” tegas Doktor Hukum dari UNS Surakarta dan Universitas Borobudur Jakarta ini.