DPP  

Cerita Kampanye Golkar di Pemilu 1982: Panggung Digergaji, Dibakar, Hingga Revolusi Iran Vs Aksi Merah Putih

Berita Golkar – Sebanyak 150 ribu orang hadir di Lapangan Banteng. Revolusi Iran dan Imam Khomeini disebut-sebut oleh beberapa juru kampanye. Inilah kampanye PPP di Pemilu 1982 yang cukup membludak pesertanya. Di kampanye ini, Golkar menjadi sasaran kecaman.

Di Golkar, diskusi pun berlangsung. Isinya: Golkar jangan sampai terpancing oleh serangan pihak lain. Golkar menargetkan massa kampanye harus bisa melebihi massa PPP di Lapangan Banteng. Penyanyi dangdut Elvy Sukaesih ditampilkan di kampanye Golkar, juga di Lapangan Banteng.

Ali Murtopo menjadi juru kampanye. Para pemuda berseragam AMPI berjaga di sisi panggung. Begitu Ali Murtopo selesai bicara, para pemuda berseragam AMPI itu dengan gesit menggergaji tiang panggung lalu menyiramkan bensin.

Menurut Sarwono Kusumaatmadja di buku Menapak Koridor Tengah, suasana menjadi kalut. Panggung roboh dan terbakar. Ketika orang-orang masih kebingungan, pemuda-pemuda AMPI yang menggergaji dan membakar panggung membuka jaket dan baret mereka. Tinggal memakai kaus oblong berlambang PPP.

Para pemuda AMPI yang berjaga lebih awal tidak menyangka para pemuda berseragam AMPI yang datang belakangan adalah anggota AMPI gadungan. Mereka sangka itu tambahan kekuatan untuk menjaga keamanan panggung.

Ali Murtopo dilarikan ke Hotel Borobudur. Para pemuda berkaus PPP segera merusak dan membakar kendaraan yang diparkir di sekitar lokasi kampanye. Kerusuhan kampanye Golkar di Lapangan Banteng ini menjalar. Perusakan dan penjarahan terjadi.

Setelah itu, lokasi-lokasi strategis di Jakarta dipenuhi poster dan baliho bertemakan Revolusi Iran. Golkar pun perlu melalukan tindakan. Tanpa komando dari pimpinan Golkar, kader-kader muda Golkar berkumpul di DPP Golkar. Mereka akan melakukan arak-arakan membawa stiker Merah Putih meski bukan di hari jadwal Golkar kampanye Pemilu 1982.

Aksi ini disebut Aksi Merah Putih. Mereka yang ikut tidak mengenakan simbol-simbol Golkar. Tapi teriakan Hidup Golkar menggema di sepanjang jalan. “Kalau dipersoalkan petugas, katakan saja kalian sedang dalam perjalanan ke markas,” kata Sarwono, sekretaris Fraksi Pembangunan DPR periode 1977-1982.

Sarwono perlu menjawab keraguan peserta yang takut dihalau petugas karena hari itu bukan hari kampanye Golkar. Nyatanya, ketika massa meneriakkan Hidup Golkar di sepanjang jalan, petugas membiarkannya. Aksi Merah Putih mendapat sambutan positif, tapi Golkar belum bisa tenang. Masih harus membereskan poster dan baliho Revolusi Iran.

Lapor ke petugas tentu tak akan mendapat tanggapan, karena baliho-baliho itu bukan alat peraga kampanye. Alhasil, diputuskan untuk melakukan operasi senyap. Pada tengah malam dikerahkan orang-orang gesit berpakaian hitam berpenutup wajah. Mereka bergerak membersihkan poster dan baliho Revolusi Iran itu.

Inisiatif pembersihan poster dan baliho Revolusi Iran itu sudah muncul dari Satkar Ulama, Majelis Dakwah Islamiyah, dan Al Hidayah. Mereka berbasis di kantor DPD Golkar DKI Jakarta. Marzuki Darusman kemudian menjadi pimpinan pelaksana operasi senyap untuk membersihkan poster dan baliho itu. “Aksi itu sempat dinamakan tindakan dari ‘Pasukan Ninja’,” ujar Sarwono.

Aksi ini, kata Sarwono, sukses mengurangi agitasi provokatif selama kampanye Pemilu 1983 itu. Poster dan baliho Revolusi Iran berkurang. “Golkar mendapat suara terbanyak sebesar 45 persen, atau naik enam persen dari perolehan suara pada Pemilu 1977,” kata Sarwono.

Sarwono kembali masuk DPR, mewakili DKI Jakarta. {sumber}