Berita Golkar – Para alim ulama yang tergabung dalam Jaringan Kiai, Ustaz, dan Santri (Jakusa) Indonesia mendeklarasikan dukungan kepada pasangan bacapres-bacawapres Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pemilu atau Pilpres 2024. Deklarasi ini diikuti oleh sebanyak 21 kiai dari Ponpes hingga majelis yang ada di Kabupaten Cirebon dan sekitarnya.
Politisi Partai Golkar, Dave Akbarshah Fikarno Laksono yang juga sebagai Ketua Pembina Jakusa dan Ketua TKD Prabowo-Gibran Kabupaten Cirebon, Teguh Rusiana Merdeka juga turut menghadiri acara deklarasi yang di gelar di Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon pada Sabtu (11/11) tersebut.
“Dalam deklarasi awal ini ada sekitar 21 kiai yang terlibat, termasuk Kiai Gedongan, Ciwaringin, Babakan, Kiai Buntet semuanya. Ini dalam rangka, kita memberikan suasana yang sejuk terkait dengan perpolitikan sekarang ini,” ujar Ketua Umum sekaligus Koordinator Jakusa Indonesia, KH Eko Ahmadi kepada wartawan usai deklarasi.
Kiai yang akrab disapa Gus Eko dari Ponpes Tegalwangi, Kabupaten Cirebon ini berharap, jika terpilih jadi presiden, pasangan Prabowo-Gibran bisa membawa aspirasi para kiai.
“Utamanya yang disuarakan oleh Gibran di antaranya dana abadi pesantren itu, dengan dana-dana yang lain. Sehingga supporting kepada para ulama ini tercapai,” ucapnya.
Adapun langkah Jakusa selanjutnya setelah deklarasi, kata Gus Eko, pihaknya juga akan melakukan deklarasi serupa di provinsi-provinsi lainnya melalui jaringan alim ulama Jakusa. Sebab, para kiai yang mengikuti deklarasi awal ini memiliki jaringan dan alumni-alumni yang tersebar diseluruh Indonesia.
“(Deklarasi) di beberapa provinsi dan tempat yang lain. Ini kan nasional, habis itu provinsi-provinsi yang lain,” katanya.
“Jadi Jakusa Indonesia di Cirebon, secara nasional tempatnya di sini. Nanti ada Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI, Jawa Timur, dan semua dalam rangka pemenangan Prabowo-Gibran,” sambungnya.
Sementara itu, Dave Laksono menyebut deklarasi tersebut sebagai bentuk kesepakatan bahwa pemilu bukanlah sebagai ajang untuk permusuhan. Karena, kata dia, seperti yang sudah pernah dialami pada pesta demokrasi sebelumnya, yakni Pemilu 2014, Pilkada 2017, dan Pemilu 2019 di mana saat itu telah terjadi perselisihan yang amat membekas.
Padahal, lanjutnya, ketika pesta demokrasi selesai para elite politik kembali bergandengan tangan. Namun, justru masyarakat yang di bawah masih terbawa emosi, sehingga menyebabkan terjadinya perpecahan.
“Nah yang terluka yang dirugikan adalah siapa, masyarakat kelas bawah. Nah di sini kita semua sepakat untuk mematahkan itu semua. Menjauhi pemikiran-pemikiran politik yang membawa sikap pribadi, tapi justru mendorong ide dan gagasan,” katanya.
“Konsep yang bisa diterima oleh masyarakat dan yang realistis dan yang pasti akan membangun bangsa. Dan kita semua sepakat bahwa pasangan Prabowo-Gibran itu adalah yang terbaik,” pungkasnya. {sumber}