Berita Golkar – Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Golkar Dave Laksono mengeluhkan soal kualitas udara yang kian buruk dalam rapat kerja Komisi I bersama Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, Kamis (31/8). Buruknya kualitas udara ini menurutnya bahkan tampak di dalam ruang rapat DPR yang memiliki pendingin udara atau AC.
Dave menunjukkan sebuah foto yang memperlihatkan monitor kualitas udara atau Laser Egg di dalam ruang Komisi I DPR berada di angka 169. Ia mengaku prihatin.
“Kondisi polusi di udara di Jakarta ini sudah amat memprihatinkan. Bahkan di ruang rapat ber-AC saja masih tinggi polusinya,” kata Dave saat dihubungi sesuai rapat.
Dia pun mendorong pemerintah segera mengambil langkah konkret dan menyeluruh untuk mengatasi masalah tersebut. Dave meminta pemerintah melibatkan swasta dalam memperbaiki kualitas udara.
“Sangat amat ditunggu sebuah solusi yang holistik dari seluruh instansi pemerintah, pusat dan daerah, serta juga dari pihak swasta. Agar ada gerakan yang masif dalam mengatasi polusi di Jakarta ini,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sempat menyebut masalah polusi udara kini menduduki posisi kelima sebagai faktor risiko kematian tertinggi di Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan Budi dalam rapat dengan Komisi IX DPR, Rabu (30/8). Udara menempati posisi kelima setelah hipertensi atau tekanan darah tinggi, gula darah, merokok, dan obesitas.
Saat ini, kata Budi, pemerintah akan meniru langkah China mengatasi polusi udara. Negara Tirai Bambu itu dianggap paling berhasil menangani masalah polusi udara dalam waktu yang cepat hanya 6-7 tahun.
Pemerintah kata dia akan menggunakan alat bernama GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry). Alat itu akan mendeteksi jenis polusi udara secara akurat. Dengan begitu, pemerintah bisa mengetahui sumber masalah polusi udara di suatu wilayah.
“Alat-alat itu sudah ada cuma sekarang bagaimana dibikin sistem apa ya kayak rujukannya lah. Oh misalnya Bekasi lagi polusi tinggi, ya kita ambil udaranya kita cek. asalnya dari mobil, atau dari pembakaran sampah Bantar Gebang, atau Industri, atau apa,” kata Budi. {sumber}