Berita Golkar – Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar, Bobby Adhityo Rizaldi, menanggapi terkait warga sipil berpeluang bergabung dengan pasukan perdamaian untuk membantu warga Palestina di Gaza. Bobby menilai wacana tersebut bagus.
“Ya bagus tentunya, keterlibatan dan partisipasi aktif Indonesia di Gaza, tentu bukan kerja kombatan tetapi tenaga-tenaga ahli dalam lingkupan yang disampaikan Panglima (TNI),” kata Bobby kepada wartawan, Minggu (16/6/2024).
Namun, Bobby ingin rencana keterlibatan warga sipil dalam misi perdamaian di Gaza itu lebih diperjelas. Sebab, kata dia, saat ini belum jelas apakah warga sipil yang bisa mengikuti misi itu dari kalangan ASN atau bukan ASN. “Nanti perlu diperjelas, apa keterlibatan sipil ini sifatnya sukarela, dari unsur masyarakat non ASN atau sipil yang ASN sifatnya penugasan seperti penugasan prajurit,” ucap Bobby.
“Ini agar memastikan pemahaman atas prosedur pelaksanaan kegiatan-kegiatan di atas di wilayah perang, walaupun didampingi prajurit terlatih. Karena tidak semua skill bantuan kemanusiaan itu dimiliki atau terbatas dalam formasi militer kita,” tambahnya.
Sementara itu, anggota Komisi I DPR F-Golkar Dave Akbarshah Firkano Laksono juga tidak masalah dengan rencana pelibatan warga sipil ikut misi perdamaian ke Gaza bareng prajurit TNI. Asalkan, kata dia, keselamatan warga sipil harus terjamin.
“Selama ada jaminan akan keselamatan mereka, mendapatkan pengawalan dan perlindungan dalam melaksanakan tugasnya, tidak apa (warga sipil ikut misi perdamaian ke Gaza),” ujar Dave.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengatakan warga sipil berpeluang bergabung dengan pasukan perdamaian untuk membantu warga Palestina di Gaza. Keterlibatan warga sipil disebut akan diatur oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu). “Kemenlu yang akan mengatur ya,” kata Agus dilansir Antara, Sabtu (15/6).
Menurut Agus, salah satu satuan pasukan perdamaian yang akan dikirim adalah Batalion Zeni untuk membangun berbagai fasilitas umum, seperti sekolah, rumah sakit, rumah tinggal, tempat ibadah, dan tempat rehabilitasi.
Tempat-tempat tersebut nantinya akan diisi oleh para tenaga ahli di bidangnya untuk melayani warga Palestina. Agus mencontohkan tempat rehabilitasi yang membutuhkan tenaga ahli bidang pengobatan trauma atau trauma healing untuk para korban perang.
“Nah, untuk rehabilitasi butuh personel yang punya kemampuan psikologi untuk trauma healing. Mungkin bisa juga dari sipilnya,” kata Agus. {sumber}